kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,42   6,41   0.71%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melawan virus corona, China larang perdagangan dan konsumsi binatang liar


Selasa, 25 Februari 2020 / 09:04 WIB
Melawan virus corona, China larang perdagangan dan konsumsi binatang liar
ILUSTRASI. Warga mengenakan masker di Wuhan, China. China Daily via REUTERS.


Sumber: South China Morning Post,The Star | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China mengumumkan akan melarang perdagangan dan konsumsi hewan liar. Meski industri ini bernilai miliaran dollar dan mempekerjakan jutaan orang, larangan ini akan tetap diberlakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengekang penyebaran wabah virus corona.

South China Morning Post melaporkan, epidemi Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 2.500 orang di Tiongkok dan menyebar ke luar China  telah dikaitkan dengan hewan liar yang membawa virus corona dan dijual di pasar secara bebas untuk dikonsumsi. Sebagian besar ilmuwan percaya, virus melompat dari hewan yang dijajakan di pasar ke manusia, bermutasi dan kemudian menginfeksi orang lain.

"Sejak wabah Covid-19, memakan hewan liar dan ancaman besar yang tersembunyi terhadap kesehatan masyarakat dari praktik tersebut telah menarik perhatian luas," kata Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, seperti yang dikutip penyiaran negara CCTV, Senin.

Baca Juga: Trump meminta kongres AS menggelontorkan US$ 2,5 miliar untuk melawan virus corona

Menurut laporan tersebut, seperti yang dikutip dari South China Morning Post, keputusan untuk melarang konsumsi hewan liar dan termasuk tindakan keras terhadap perdagangan satwa liar ilegal untuk melindungi kesehatan masyarakat. Dijelaskan pula, larangan itu akan segera diberlakukan.

Permintaan daging hewan liar memang tinggi di China. Epidemi 17 tahun yang lalu dari sindrom pernapasan akut, atau Sars, yang menewaskan lebih dari 800 orang di seluruh dunia, telah dikaitkan dengan konsumsi kucing luwak di China oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO mengatakan 70% patogen penyebab penyakit global yang ditemukan dalam 50 tahun terakhir berasal dari hewan.

Baca Juga: Gara-gara virus corona, syuting Mission Impossible di Italia ditunda

Para pecinta lingkungan dan pelestari alam liar menyambut baik keputusan tersebut, meskipun ada pula yang berpendapat bahwa pemerintah perlu memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan yang menjalankan peternakan untuk hewan-hewan tersebut.

Data yang dihimpun South China Morning Post menunjukkan, industri perdagangan dan konsumsi satwa liar China bernilai 520 miliar yuan (US$ 74 miliar) dan mempekerjakan lebih dari 14 juta orang. Data ini mengutip laporan yang disponsori pemerintah yang diterbitkan oleh Chinese Academy of Engineering pada 2017.

Yang Heqing, wakil direktur Kantor Hukum Ekonomi - bagian dari Komisi Urusan Legislatif Komite Tetap NPC - mengatakan larangan konsumsi termasuk satwa liar yang dilindungi oleh hukum, hewan darat lainnya, dan hewan liar darat di peternakan. Larangan itu juga melarang perburuan, perdagangan, dan hewan liar darat untuk dimakan.

Yang menambahkan, hewan akuatik, ternak, unggas, dan hewan lain yang telah lama dikembangbiakkan di negara itu tidak termasuk dalam larangan. Penggunaan hewan liar untuk tujuan ilmiah dan medis akan diizinkan. Akan tetapi, manajemen fasilitas tersebut akan diperkuat.

Baca Juga: Korban meninggal dunia ketujuh virus corona di Italia bikin Eropa panik

"Akhirnya ada larangan makan dan perdagangan hewan liar," kata Zhou Haixiang, anggota Komite Nasional Manusia dan Biosfer China, kelompok perlindungan lingkungan. "Ini langkah besar dalam perlindungan satwa liar."

Keputusan oleh Komite Tetap NPC mengikuti seruan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk menindak pasar dan perdagangan satwa liar ilegal.

Undang-undang perlindungan satwa liar Tiongkok yang ada, yang mencakup konservasi, perdagangan, dan pemanfaatan satwa liar, diberlakukan pada tahun 1989, tetapi hukum itu memiliki celah karena konsumsi hewan liar dan penangkaran diijinkan untuk tujuan komersial.

Baca Juga: Jokowi akan umumkan insentif peredam dampak negatif virus corona hari ini

"Undang-undang saat ini hanya melindungi spesies satwa liar terbatas, tetapi tidak ada larangan melarang makan secara umum," kata Zhou.

Melansir The Star, larangan sementara sebelumnya telah diberlakukan, termasuk setelah virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong pada 2002-03. Setelah ditelusuri, virus ini juga muncul akibat konsumsi hewan liar.

Hanya saja, larangan itu berumur pendek. Kelompok pencinta binatang telah lama menuduh China menolerir perdagangan hewan liar yang kejam sebagai item menu eksotis atau untuk digunakan dalam obat-obatan tradisional yang kemanjurannya tidak dikonfirmasi oleh sains.

Baca Juga: Ilmuwan China: Bukan dari Wuhan, virus corona diimpor dari tempat lain

"Epidemi virus corona telah menyoroti masalah utama konsumsi berlebihan hewan liar, dan bahaya besar yang tersembunyi bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat," demikian laporan oleh China Central Television (CCTV).

Virus corona telah menewaskan 2.592 orang di China, serta menginfeksi sekitar 77.000 lainnya. Virus ini juga melumpuhkan ekonomi negara itu.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×