Sumber: Reuters | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Tren kenaikan suku bunga global tak lama lagi tampaknya akan mulai berhenti. The Fed memang masih melihat bahwa kenaikan bunga acuan masih diperlukan untuk menjinakkan tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) menuju target 2%. Namun, kenaikan pada pertemuan berikutnya akan melandai dari sebelumnya.
Sementara itu, beberapa bank sentral negara lain sudah menghentikan kenaikan bunga acuannya pada pertemuan terakhir mereka setelah selama setahun terakhir agresif mengerek suku bunga.
Korea Selatan misalnya, telah mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada pertemuan Kamis (23/2). Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga mempertahankan BI rate di level 5,7% pada rapat dwan gubernur (RDG) pada Februari.
Dilansir Reuters, Kamis (23/2), Bank of Korea (BOK) memutuskan mempertahankan bunga acuan karena inflasi terjaga. "Sudah waktunya untuk berhenti (naik) sambil mencermati ke depan hingga ketidakpastian bisa diselesaikan," kata Gubernur BOK, Rgee Chang-yong.
Dia menambahkan, kampanye pengetatan kebijakan yang dimulai sejak 18 bulan lalu tidak akan dilanjutkan lagi jika inflasi sudah menuju target yang ditetapkan yakni 3% pada akhir tahun ini. Namun, ia tak menutup adanya kemungkinan kenaikan lagi.
Inflasi Korea Selatan pada Februari tercatat sebesar 5,2%, sudah turun dari puncak tertingginya sebesar 6,3% pada Juli 2022.
Keputusan BOK mempertahankan suku bunga sejalan dengan proyeksi 42 ekonom dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters sebelumnya. Keputusan di lakukan di tengah tanda-tanda pertumbuhan ekonomi kehilangan momentum, teruatam karena penurunan ekspor.
Siklus pengetatan kebijakan dimulai BOK sejak Agustus 2021 dan tercatat telah mendongkar suku bunganya sebesar 3% sejak itu.
Sementara di AS, hampir semua pejabat The Fed setuju untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pertemuan berikutnya, melandai dari kenaikan sebelumnya sebesar 50 bps. Namun, sebagian kecil menilai perlu kenaikan 50 bps lagi.
Hal itu diketahui dari hasil risalah rapat The Fed yang dirilis pada Rabu (22/2). Pejabat The Fed mengatakan, kenaikan suku bunga diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target 2%.
Adapun suku bunga acuan The Fed saat ini berada di kisaran 4,5%-4,75%. Risalah rapat itu juga menunjukkan serangkaian perkembangan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat ketidakpastian yang masih besar tentang ke mana arahnya.
The Fed melihat pasar tenaga kerja tetap panas, dengan bisnis, setidaknya di luar sektor teknologi, masih ingin mempertahankan pekerja walaupun menghadapi permintaan yang melambat. Ini dinilai menjadi salah satu faktor yang akan membantu mempertahankan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.