Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Untuk pertama kalinya dalam hampir 70 tahun, Korea Utara pada Rabu (2/11/2022) menembakkan rudal balistik melintasi Garis Batas Utara, perbatasan maritim de facto yang memisahkannya dari Selatan.
Melansir Channel News Asia, menurut militer Korea Selatan, tembakan rudal itu termasuk di antara 23 rudal yang ditembakkan Pyongyang pada Rabu, tembakan paling banyak dalam sehari. Mereka termasuk tujuh rudal balistik jarak pendek dan enam rudal darat-ke-udara.
Korea Selatan, yang menangguhkan rute penerbangan dan memperingatkan penduduk pulau di daerah itu untuk bersembunyi di bunker, menyebutnya aksi tersebut merupakan invasi teritorial. Korea Selatan sendiri langsung menembakkan tiga rudalnya sebagai aksi balasan.
Korea Utara juga menembakkan lebih dari 100 peluru artileri dari pantai timurnya ke zona penyangga militer, kata militer Korea Selatan.
Banyak yang mempertanyakan, apakah rudal itu menghantam wilayah Korea Selatan? Jawabannya adalah tidak. Akan tetapi, lokasi hantaman rudal sudah dekat dengan wilayah Korea Selatan.
Baca Juga: Dua Korea Tegang! Korut Tembakkan 6 Rudal Lagi ke Arah laut Timur & Laut Kuning
Satu rudal balistik jarak pendek mendarat hanya 57 km di lepas pantai Korea Selatan di perairan internasional.
Militer Seoul mengatakan, itu adalah kejadian pertama kalinya sejak semenanjung itu dibagi dua pada akhir permusuhan Perang Korea pada tahun 1953 bahwa sebuah rudal Korea Utara telah mendarat begitu dekat dengan perairan teritorial Selatan.
Rudal itu meluncur turun 26 km selatan Garis Batas Utara, perbatasan maritim de facto antara kedua negara, yang secara teknis tetap berperang sejak konflik berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Perbatasan dua Korea
Di darat, Korea Utara dan Selatan dibagi oleh perbatasan yang ditandai dengan jelas dan dijaga ketat, yang panjangnya penuh dengan kawat berduri, dipenuhi dengan menara senjata dan dipatroli oleh tentara.
Di laut, setelah perjanjian gencatan senjata, Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipimpin AS menarik Garis Batas Utara untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja antara kedua belah pihak.
Korea Utara tidak pernah secara resmi mengakui perbatasan, mengklaim wilayahnya harus lebih jauh ke selatan.
Baca Juga: Rudal Korea Utara Mendarat di Lepas Pantai Korea Selatan, Begini Respons Seoul
Cheong Seong-chang, seorang peneliti di Institut Sejong, mengatakan kepada AFP, Pyongyang berpikir Garis Batas Utara adalah kerugian yang signifikan bagi mereka.
Perbatasan maritim selalu menjadi titik nyala dan merupakan tempat bentrokan angkatan laut yang singkat namun berdarah pada tahun 1999, 2002 dan 2009.
Pada tahun 1999, kapal patroli Korea Utara melanggar Garis Batas Utara sejauh 10 km, tetapi dikalahkan dan mundur setelah baku tembak, yang menewaskan beberapa warga Korea Utara.