Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada November 2010, Korea Utara menembaki pulau Yeonpyeong Selatan, yang dekat dengan perbatasan laut, menewaskan empat warga Korea Selatan dan secara singkat memicu kekhawatiran akan konflik skala penuh.
Bulan lalu, militer Seoul melepaskan tembakan peringatan ke sebuah kapal Korea Utara yang melintasi perbatasan laut yang disengketakan, mendorong Korea Utara untuk menembakkan peringatan sebagai balasannya.
Pada pertemuan puncak di Pyongyang pada tahun 2018, mantan presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Kim Jong Un dari Korea Utara sepakat untuk membangun zona penyangga di sepanjang batas darat dan laut dalam upaya untuk mengurangi ketegangan.
Tetapi sejak pembicaraan gagal pada 2019, Kim telah menggandakan program senjata terlarangnya, dan para ahli mengatakan dia sekarang menguji Korea Selatan dengan melanggar perjanjian zona penyangga.
Korea Utara menembakkan rentetan artileri berulang kali ke zona penyangga bulan lalu, dan melakukannya lagi pada Rabu -- yang menurut Seoul merupakan "pelanggaran yang jelas" terhadap perjanjian 2018.
Baca Juga: Korut: Korsel & AS akan Dapat Balasan yang Mengerikan Jika Gunakan Kekuatan Militer
"Itu semua adalah provokasi yang disengaja yang dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan politik di semenanjung," jelas Ahn Chan-il, seorang sarjana studi Korea Utara, mengatakan kepada AFP.
Ahn berkata: "Kim membuat poin bahwa mereka mampu menghancurkan Selatan jika mereka mau."
Washington dan Seoul telah berulang kali memperingatkan bahwa semua peluncuran rudal Kim baru-baru ini dapat berujung pada uji coba nuklir lain - yang akan menjadi yang ketujuh bagi Pyongyang.
"Ini adalah acara pra-perayaan Korea Utara menjelang uji coba nuklir mereka yang akan datang," kata Ahn.
"Mereka juga tampak seperti serangkaian tes praktis untuk penyebaran nuklir taktis mereka."