kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Menkeu India: Kami tidak dapat mengorbankan kekuatan ekonomi untuk mematuhi sanksi AS


Rabu, 16 Oktober 2019 / 08:14 WIB
Menkeu India: Kami tidak dapat mengorbankan kekuatan ekonomi untuk mematuhi sanksi AS
ILUSTRASI. FILE PHOTO: An India Rupee note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File photo


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. India ingin mematuhi sanksi global, termasuk sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela dan Rusia. Tapi, India juga perlu mempertahankan kekuatan dan kepentingan strategisnya sendiri.

Pernyataan ini muncul dari Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman dalam sebuah wawancara pada hari Selasa. AS memberlakukan sanksi berat pada industri minyak Venezuela sejak Januari lalu. Langkah ini telah membuat takut beberapa pelanggan global.

Tapi karena sulitnya pasokan minyak mentah jenis heavy oil, perusahaan penyulingan India Reliance Industries Ltd telah membeli minyak mentah Venezuela dari perusahaan Rusia, Rosneft. Reliance Industries akan memulai kembali pengangkutan minyak langsung dari Venezuela setelah jeda empat bulan.

Baca Juga: Belanda bisa dorong CPO Indonesia di Uni Eropa

Sitharaman mengatakan, pemerintah India telah menyatakan pandangannya ke AS. "Dalam masalah spesifik yang sangat penting bagi kepentingan strategis India, kami telah menjelaskan kepada AS bahwa India adalah mitra strategis bagi AS dan Anda ingin mitra strategis menjadi kuat dan tidak melemah," kata dia kepada Reuters.

"Kami menghargai kemitraan yang kuat dengan AS, tetapi kami harus sama-sama diizinkan menjadi ekonomi yang kuat," imbuh Sitharaman.

Dana Moneter Internasional menurunkan prospek pertumbuhan India pada tahun 2019 karena permintaan domestik yang lebih lemah dari perkiraan. IMF mengungkapkan, perang dagang AS-Tiongkok akan memangkas pertumbuhan global 2019 ke laju paling lambat sejak krisis keuangan 2008-2009.

Produk domestik bruto India kuartal kedua lalu tumbuh pada laju terlemah sejak 2013. Hal ini memicu harapan stimulus lebih lanjut. "Gejolak global semakin kuat dari hari ke hari," kata Sitharaman.Dia mengatakan, India belum menutup pintu untuk stimulus fiskal lebih lanjut.

Baca Juga: India bakal batasi impor CPO Malaysia, Mahathir turun tangan

India telah berusaha untuk mendorong pertumbuhan domestik melalui paket infrastruktur. Stimulus lainnya adalah program pinjaman baru dari perbankan yang telah mencapai sekitar 80.000 crore atau sekitar Rp 158,73 triliun.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×