Merek Mobil Listrik China Serbu Pasar Eropa, Kuasai 10% Pangsa di Norwegia

Selasa, 15 Juli 2025 / 13:03 WIB

ILUSTRASI. Sejak pengiriman perdana mobil MG ke Norwegia pada Januari 2020, pangsa pasar kolektif merek EV China kini telah mencapai sekitar 10%. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.

Sumber: CNBC | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Produsen mobil listrik (EV) asal China kian agresif merangsek pasar Norwegia, salah satu negara paling ramah terhadap kendaraan listrik di dunia.

Langkah ini menjadi tantangan serius bagi Tesla dan raksasa otomotif Barat lainnya.

Sejak pengiriman perdana mobil MG ke Norwegia pada Januari 2020, pangsa pasar kolektif merek EV China kini telah mencapai sekitar 10%.

Pertumbuhan pesat ini didorong oleh harga kompetitif dan teknologi canggih yang ditawarkan pabrikan asal Negeri Tirai Bambu.

Norwegia menjadi pasar strategis karena tidak mengikuti jejak Amerika Serikat dan Uni Eropa yang mengenakan tarif tinggi terhadap mobil listrik asal China.

Pemerintah Norwegia menilai kebijakan tarif semacam itu tidak relevan dan tidak diinginkan.

“Calon pembeli di sini mulai melihat bahwa mobil listrik China tidak hanya berkualitas, tapi juga secara teknologi bagus dan harganya bersaing,” ujar Christina Bu, Sekretaris Jenderal Norwegian EV Association (NEVA), kepada CNBC.

Laboratorium EV Eropa

Norwegia memang kerap dijuluki sebagai laboratorium EV Eropa. Berdasarkan data Federasi Jalan Norwegia (OFV), merek China seperti BYD, XPeng, dan MG masuk daftar 20 besar penjualan mobil baru di Norwegia bulan lalu.

Tesla masih mendominasi, terutama berkat minat tinggi terhadap model terbaru SUV Model Y. Namun, Volvo dan Polestar, merek asal Swedia yang sahamnya dikuasai grup otomotif China Geely juga mencatatkan penjualan kuat.

Felipe Munoz, analis global di JATO Dynamics, mengatakan bahwa merek-merek yang sepenuhnya dirancang dan diproduksi di China seperti MG, masuk kategori brand China.

Adapun Volvo, Polestar, dan Lotus tidak termasuk dalam definisi itu meski dimiliki oleh perusahaan China.

Berdasarkan definisi tersebut, Munoz menyebut Norwegia sebagai negara Eropa dengan pangsa pasar EV China terbesar, yakni 10,04% sepanjang Januari hingga Juni 2025.

“Norwegia itu semacam pintu masuk ke pasar Eropa karena aturannya mendukung, skalanya kecil, dan tidak punya industri otomotif nasional. Jadi brand asing bisa masuk tanpa menyinggung kepentingan lokal,” jelas Munoz.

Model Lebih Terjangkau, Ancaman Baru Bagi Tesla

Rico Luman, ekonom senior sektor transportasi dan logistik di ING Belanda, mengatakan, survei menunjukkan bahwa konsumen Eropa mulai menyukai pengalaman mengemudi EV buatan China.

“Inilah tantangan berat bagi Tesla ke depan—bersaing dengan merek-merek baru yang terus memperluas jaringan di Eropa,” kata Luman kepada CNBC.

Menanggapi apakah Eropa tertinggal dari China dalam perlombaan mobil listrik, Luman menilai Eropa memang sedang berusaha mengejar, tetapi China masih unggul jauh.

“Yang dibutuhkan Eropa sekarang adalah lebih banyak model baru dan lebih terjangkau untuk menarik kalangan menengah. Dan sejauh ini, kita belum sampai ke titik itu,” tegasnya.