Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Yudho Winarto
BEIJING. Moody's Investors Service angkat suara pasca pemerintah China melontarkan kritik keras terhadap lembaga pemeringkat surat utang tersebut. Moody's menegaskan, reformasi yang digelar pemerintah tak cukup ampuh menangkal perlambatan ekonomi di masa depan.
Dua hari setelah memangkas peringkat surat utang China, Moody's kembali memberikan pernyataan secara terbuka. Hal ini dilakukan Moody's karena pemerintah China mengkritik keputusan penurunan peringkat surat utang tersebut.
Pemerintah China mencap, Moody's memangkas peringkat dengan metodologi yang tidak tepat. China juga menuduh Moody's meremehkan upaya pemerintah melakukan reformasi struktural untuk mendongkrak ekonomi.
Menanggapi kritik itu, Moody's bilang, reformasi struktural hanya akan memperlambat bahaya tumpukan utang, tapi tidak mampu menahan efeknya. "Penurunan peringkat akan bisa berlanjut jika China tak mampu menahan gelembung utang," tulis petinggi senior Moody's Marie Diron, seperti dilansir Reuters, akhir pekan kemarin.
Turun lagi?
Diron menambahkan, reformasi struktural yang dilakukan tidak mampu menurunkan tingkat tumpukan utang yang sudah sangat berbahaya. Diron menunjukkan bahwa Moody's menggunakan sejumlah faktor sebagai alat untuk mengevaluasi peringkat surat utang. Contoh, pengetatan keuangan pemerintah daerah. "China tak akan mendapatkankan rating A1 jika tumpukan utang menunjukkan sinyal bahaya di luar dugaan," tambah Li Xiujun, Vice President of Credit Strategy and Standards Moody's.
Sebaliknya, jika reformasi struktural China terbukti menekan tingkat utang tanpa ada risiko yang timbul di sistem perbankan, peringkat surat utang China berpotensi membaik. Sebagai catatan, Moody's memprediksi ekonomi China tumbuh melambat menjadi 5% di tahun ini, dari pencapaian pertumbuhan 6,7% di tahun lalu.
Pasca pemangkasan peringat, status yang diberikan Moody's selevel dengan peringkat yang disematkan Fitch Ratings, tapi masih satu level di atas Standard & Poor's.
Catatan, Moody's menurunkan satu tingkat untuk surat utang China dan mata uang asing jangka panjang menjadi A1 dari Aa3. Tapi, outlook China menjadi stabil dari negatif. Saat ini, utang China mencapai 300% dari produk domestik bruto (PDB).