kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OPEC akan evaluasi pemotongan produksi


Senin, 24 Juli 2017 / 12:19 WIB
OPEC akan evaluasi pemotongan produksi


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

ST.PETERSBURG. Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) akan menggelar pertemuan di St. Petersburg, Senin (24/7). Pertemuan akan mengevaluasi jalannya kesepakatan pemangkasan produksi, dan mengingatkan kembali para anggota untuk kembali pada kesepakatan awal.

Diperkirakan hasil evaluasi tidak akan terlalu bagus. Ketaatan OPEC terhadap upaya pemangkasan produksi yang disepakati pada Juni lalu nampaknya merosot. International Energy Agency memperkirakan, tingkat kepatuhan OPEC turun jadi 78%.

Sebelumnya, negara-negara OPEC berkomitmen untuk memotong produksi di bawah 1,2 juta barel per hari (bph), dan negara-negara non-OPEC seperti Rusia dan Meksiko sepakat memangkas produksi di bawah 600.000 bph.

Namun, Libya dan Nigeria, anggota OPEC yang dibebaskan dari rencana pemotongan tersebut justru tercatat menggenjot produksi dalam dua bulan terakhir di kisaran 300.000 bph. Ini menggerus dukungan terhadap harga minyak.

Untuk itulah, Nigeria dan Libya diminta untuk menghadiri pertemuan di St. Petersburg, yang juga akan dihadiri perwakilan dari Rusia, Arab Saudi, Aljazair, Oman dan Kuwait.

Libya mengatakan akan menghadiri pertemuan tersebut. Namun, menteri perminyakan Nigeria mengatakan, tidak akan menghadirinya, meskipun ia mengatakan bersedia untuk berbicara di kemudian hari.

Spekulasi berkembang menyebut, kedua negara itu dipanggil dalam pertemuan untuk membicarakan soal peningkatan produksi minyak mereka. "Saya pikir ini adalah awal dari proses itu," kata Joe McMonigle, Analis energi di Hedgeye dan mantan Wakil Ketua IEA seperti dilansir CBCNews, Minggu.

Dia mengatakan, Saudi telah memutuskan ada sesuatu yang perlu dilakukan mengenai pembebasan yang diberikan kepada Nigeria dan Libya. Sebelumnya, pengecualian terhadap kedua negara itu diberikan karena keduanya mencoba menstabilkan produksi usai masa konflik yang terjadi di sana.

"Saya tidak berpikir mereka akan memotong produksi," kata McMonigle. Libya telah menyatakan bisa menambahkan seperempat juta barel produksi pada akhir tahun ini.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×