kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Oposisi terhadap program ECB makin kuat


Senin, 06 Agustus 2012 / 15:45 WIB
Oposisi terhadap program ECB makin kuat
ILUSTRASI. Pasien COVID-19 menjalani perawatan di tenda darurat yang dijadikan ruang IGD di RSUD Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah.


Sumber: Bloomberg | Editor: Harris Hadinata

JAKARTA. Tampaknya para pemimpin negara-negara pengguna euro benar-benar sulit menyatukan pendapat terkait rencana European Central Bank (ECB) melakukan pembelian obligasi negara. Jerman masih menjadi negara penentang utama rencana tersebut.

Bahkan kini, politisi dari partai Christian Democrats juga mulai angkat suara menentang rencana ECB tersebut. Volker Kauder, salah satu politisi penting dari partai tempat asal Kanselir Jerman Angela Merkel tersebut, menyatakan dukungan kepada Presiden Bundesbank Jens Weidmann atas keputusannya menentang rencana ECB.

Seperti diketahui, Weidmann adalah petinggi bank sentral di Eropa yang paling keras menentang rencana ECB membeli obligasi negara-negara pengguna euro. "Bahwa Weidmann mengambil posisi tersebut adalah hal yang baik. Harus selalu ada orang yang masuk akal untuk mencegah hal-hal jadi tidak terkontrol," sebut Kauder soal oposisi Weidmann dalam wawancara Radio.

Kauder juga optimistis, meski dalam pertemuan Dewan Gubernur ECB hanya Bundesbank yang mengungkapkan ketidaksetujuannya atas rencana ECB, ada sejumlah negara yang sebenarnya mendukung bank sentral Jerman tersebut.

Sebelumnya, Perdana Menteri Italia Mario Monti menegaskan penolakan terhadap langkah ECB membeli obligasi bisa membahayakan masa depan Eropa dan mata uang euro. Bahkan, hal ini bisa memicu terjadinya perpecahan antara negara pengguna euro. "Ketegangan yang terjadi di zona Eropa dalam setahun terakhir menunjukkan tidak tercapainya solusi secara psikologis di Eropa," jelas Monti kepada majalah Spiegel, Jerman, yang diterbitkan Sabtu (6/8) lalu.

Presiden ECB Mario Draghi mengungkapkan rencana pembelian obligasi dari negara-negara Eropa pekan lalu. Hal ini diharapkan bisa menurunkan tingkat yield obligasi yang tinggi di negara-negara pengguna euro. Draghi sendiri sudah meminta Spanyol dan Italia, negara dengan yield obligasi tinggi di zona euro, untuk mengajukan permohonan pembelian obligasi.

Per pukul 15.23 WIB hari ini, yield obligasi pemerintah Italia bertenor 10 tahun turun dua basis poin atau 0,02% menjadi 6,03%.




TERBARU

[X]
×