Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Fitri Arifenie
TOKYO. Jepang rupanya masih kesulitan untuk keluar dari kesulitan ekonomi. Berdasarkan jajak pendapat ekonom Reuters, produk domestik bruto (PDB) Jepang di kuartal kedua tahun ini diproyeksikan menyusut 7,1% year on year (yoy). Padahal, di triwulan sebelumnya, PDB Jepang tumbuh 6,7% secara tahunan.
Yoshiro Sato, Ekonom di Credit Agricole menyatakan penurunan PDB tersebut lantaran pemerintah Jepang menaikkan pajak penjualan dari 5% hingga menjadi 8%. "Kenaikan pajak konsumsi akan memiliki dampak luas terhadap komponen permintaan dengan konsumsi, investasi perumahan dan belanja modal yang diperkirakan menurun tajam," jelas Yoshiro seperti dilansir CNBC.
Kenaikan pajak penjualan yang terjadi sejak April lalu merupakan pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Sebelumnya, di tahun 1997, Jepang menaikkan pajak penjualannya dari 3% menjadi 5%. Tak lama setelahnya, Jepang masuk dalam resesi ekonomi.
Pemerintah Jepang mengerek pajak penjualan sebagai upaya mengendalikan rasio utang publik. Namun, data ekonomi menunjukkan bahwa kenaikan pajak penjualan membuat perekonomian Jepang loyo.
Misal, output industri Jepang turun 3,3% di bulan Juni. Ini srtinya, perusahaan menahan produksi untuk mengimbangi pasokan yang berlebih.
Bahkan, beberapa produsen besar Jepang memindahkan fasilitas produksinya ke negara-negara yang berbiaya rendah. Ambil contoh, kapasitas produksi Honda Motor Co lebih besar dua kali lipat di Amerika Utara daripada pabrik dalam negeri.
"Tugas yang mendesak Jepang adalah membebaskan diri dari deflasi sehingga pemulihan ekonomi bisa terjadi," ujar Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang seperti dikutip Bloomberg.
Pertumbuhan ekonomi
Bulan lalu, Bank of Japan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2014 turun dari 1,1% menjadi 1,0%. Kendati demikian, Pemerintah Jepang masih yakin pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 bisa sebesar 1,9% dan 2,1% pada tahun 2016.
"Saya berharap permintaan swasta tidak membuat ekonomi Jepang jatuh lebih dalam, tetapi kami tidak melihat tanda-tanda positif dalam investasi perusahaan berarti kemungkinan ekonomi tidak akan tumbuh lebih kuat dari 1% untuk tahun ini," kata Martin Shulz, ekonom senior di Fujitsu Research Institute.
Sato memprediksi, pemePrintah Jepang akan mengevaluasi kembali rencana kenaikan pajak lanjutan setelah melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini. Asal tahu saja, Pemerintah Jepang berniat menaikkan lagi pajak penjualan menjadi 10% di tahun 2015.
"Meskipun skenario utama kami tetap bahwa pemerintah akan menaikkan pajak lagi, kontraksi ekonomi di kuartal kedua bisa meningkatkan kemungkinan skenario bahwa pemerintah mulai ragu meningkatkan pajak," jelas Sato.
Di sisi lain, tagihan impor Jepang membengkak karena yen melemah. Alhasil, impor energi Jepang meningkat ¥ 1,56 triliun pada kuartal pertama 2014 dari tahun 2012.
Sementara, ekspor Jepang hanya meningkat ¥ 1,28 triliun. Produksi manufaktur lebih rendah daripada dua tahun lalu. Lalu, dalam sepuluh tahun terakhir, pemangkasan karyawan mencapai 1 juta.