Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dokumen keuangan milik para pemimpin dunia kembali beredar dengan melalui Pandrora Papers. Di dalamnya termasuk Raja Abdullah dari Yordania hingga Presiden Rusia Vladirmir Putin.
Dokumen-dokumen dalam Pandora Papers ini pertama kali ditemukan oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) dan diterbitkan pada hari Minggu (3/10).
Pandora Papers melibatkan sekitar 600 jurnalis dari media papan atas dunia, termasuk BBC, The Guardian, dan The Washington Post. Di bawah ICIJ, mereka berhasil menemukan sekitar 11,9 juta dokumen dari 14 perusahaan jasa keuangan yang berbasis di berbagai belahan dunia.
Dilansir dari Reuters, laporan tersebut terkait dengan sekitar 35 pemimpin negara dan mantan pemimpin negara, lebih dari 330 politisi dan pejabat publik di 91 negara. Bukan cuma itu, hampir 1.000 perusahaan juga terkait dengan aktivitas para tokoh dunia tersebut.
Vladimir Putin, meski tak disebutkan secara langsung namanya, diduga terkait dengan aset berupa rumah tepi laut di Monaco atas nama Svetlana Krivonogikh. Rumah tersebut menjadi miliknya pada April 2003 hanya beberapa minggu setelah dia melahirkan seorang gadis.
Mengutip kanal investigasi Rusia Proekt, saat itu adalah masa di mana Krivonogikh menjalin hubungan rahasia selama bertahun-tahun dengan Putin.
Baca Juga: Kritikus Tuding Vladimir Putin Menyuap Calon Pemilih Lewat Persetujuan Kenaikan Gaji
Raja Yordania, Abdullah, juga ikut terseret dalam kebocoran dokumen keuangan rahasia ini. Sang Raja diduga telah menggunakan rekening luar negeri untuk membelanjakan lebih dari US$100 juta untuk membeli rumah-rumah mewah di Inggris dan Amerika Serikat.
Selain kedua tokoh nasional di atas, ada juga mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang terbukti secara hukum menghindari pembayaran bea materai atas properti jutaan pound di London.
Nama Perdana Menteri Ceko Andrej Babis juga ikut muncul. Babis diduga terkait dengan sebuah perkebunan rahasia senilai US$22 juta di sebuah desa di puncak bukit dekat Cannes, Prancis.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta yang selama ini dikenal giat berkampanye melawan korupsi, diduga memiliki jaringan perusahaan lepas pantai secara diam-diam bersama dengan beberapa anggota keluarganya.