Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
OSLO. Pemerintah Norwegia berhasil menjadi mediator konflik antara perusahaan minyak dan pekerjanya. Dengan demikian, aksi mogok kerja yang mengancam produksi minyak dari negara eksportir minyak terbesar di Eropa Barat itu bisa segera diakhiri.
Pemerintah Norwegia memutuskan untuk melakukan intervensi setelah asosiasi perusahaan minyak mengancam untuk menutup seluruh produksi minyak mulai tengah malam tadi. Beberapa anggota asosiasi adalah perusahaan minyak besar seperti Statoil ASA, Exxon Mobil Corp, dan BP Plc. Mereka meminta pemerintah untuk mengakhiri aksi mogok pekerja seperti yang terjadi pada 1997, 2000, dan 2004 lalu.
"Aksi penutupan kilang minyak bisa berdampak serius bagi perekonomian Norwegia dan mengancam distribusi minyak ke Eropa," jelas Menteri Tenaga Kerja Norwegia Hanne Bjurstoem. Dia menambahkan, pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan konflik tersebut.
"Kami lega karena tidak perlu lagi menutup produksi pada kilang minyak di Norwegia. Tapi, jika pemerintah tidak bertindak sekarang, saya rasa kami akan melakukan hal itu. Segala sesuatunya siap ditutup setelah tengah malam," jelas Jan Hodneland, chief negotiator Norwegian Oil Industry Association.
Sekadar mengingatkan, aksi mogok kerja pekerja energi dimulai pada 24 Juni lalu. Para pekerja menuntut reformasi persyaratan pensiun, di mana mereka menginginkan agar usia pensiun ditambah menjadi 62 tahun. Sementara, perusahaan energi menyatakan, mereka telah akan patuh pada ketentuan pemerintah mengenai masalah pensiun tersebut.
Saat ini, Statoil sudah mulai kembali mempersiapkan diri untuk berproduksi. Sejumlah kilang Statoil yang terkena dampak dari adanya aksi mogok kerja ini antara lain: Oseberg Field Centre, Oseberg South, Oseberg East, Oseberg C, Heidrun, Huldra, Veslefrikk, dan Brage.
"Produksi dari instalasi minyak ini akan segera berproduksi secepat mungkin. Dibutuhkan satu hingga dua langkah agar produksi minyak dapat segera dilakukan pekan ini," jelas manajemen Statoil.
Sekadar tambahan informasi, data Direktorat Perminyakan Norwegia menunjukkan, tingkat produksi minyak negara ini mencapai 1,63 juta barel per hari di sepanjang Mei lalu. Aksi mogok kerja tersebut berdampak pada sekitar 15% produksi minyak dan 7% produksi gas. Dalam 16 hari aksi mogok kerja, kerugian yang harus ditanggung pemerintah dan perusahaan mencapai 3,1 miliar kroner atau US$ 508 juta.