Reporter: Rizki Caturini | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China tidak main-main menantang Amerika Serikat (AS) dalam urusan perdagangan. China mengancam akan mengambil langkah-langkah balasan dengan perlakuan yang sama baik secara proporsi, skala maupun secara intensitas.
Cui Tiankai, Duta Besar China untuk AS mengatakan dalam sebuah wawancara, pihaknya akan mensejajarkan langkah dengan AS untuk memberlakukan tarif pajak terhadap barang impor. Jika AS akan menetapkan bea masuk barang China hingga mencapai US$ 50 miliar, artinya China juga bisa saja akan menetapkan bea masuk barang AS dengan nilai sebesar itu.
Cui juga mengatakan bahwa tarif terhadap barang-barang AS yang dipatok China pada awal bulan ini merupakan tanggapan balasan terhadap tarif AS pada impor aluminium dan baja. Setelah mengumumkan tarif impor barang AS tersebut, China mendesak AS untuk melakukan pembicaraan perdagangan untuk mencegah kerugian yang lebih besar terhadap hubungan kedua negara.
Sebelumnya pemerintahan Presiden Donald Trump menyatakan, pada Jumat pekan ini akan mengungkap daftar barang-barang impor yang dijadikan target untuk menghukum Beijing atas kebijakan transfer teknologi yang dianggap AS tidak adil. Tuduhan ini disangkal oleh China.
Risiko ekonomi
Cui mengatakan, China telah memperkuat perlindungan hak kekayaan intelektual. "Kami telah memperkuat upaya dan memperkuat sistem hukum kami pada masalah khusus ini, dan kami membuat kemajuan yang baik," imbuh Cui.
Daftar tarif impor barang dari China yang akan diumumkan AS pekan ini diperkirakan akan menargetkan produk yang mendapat manfaat dari program pengembangan industri Made in China 2025 yang digadang oleh China.
Kebijakan ini menjadi langkah China mempersiapkan 10 industri strategisnya ke daya saing global pada tahun 2025. China berfokus pada manufaktur, terutama manufaktur berteknologi maju. Instrumennya menggunakan pemotongan pajak untuk mengurangi beban biaya bagi sektor tersebut agar tumbuh pesat.
Stephen Roach, mantan CEO Morgan Stanley Asia berpendapat, pemerintahan Trump tidak memahami jika China memiliki pengaruh besar terhadap hubungan ekonomi yang saling ketergantungan saat ini. China adalah pasar ekspor AS ketiga terbesar yang terus bertumbuh.
"China juga banyak menggenggam surat utang AS. Semakin keras AS menekan China, semakin besar potensi China untuk menyerang bagian yang sangat berpengaruh besar dan rentan berdampak pada ekonomi AS," kata Roach seperti dikutip Bloomberg, Selasa (3/4).