kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.129   71,00   0,44%
  • IDX 7.065   80,82   1,16%
  • KOMPAS100 1.056   15,21   1,46%
  • LQ45 830   12,54   1,53%
  • ISSI 214   2,04   0,96%
  • IDX30 423   6,62   1,59%
  • IDXHIDIV20 510   7,64   1,52%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 125   0,50   0,40%
  • IDXQ30 141   1,98   1,43%

Pendapatan Bank Besar di AS Berpotensi Tertekan Saat Bunga The Fed Naik


Minggu, 15 Januari 2023 / 18:16 WIB
Pendapatan Bank Besar di AS Berpotensi Tertekan Saat Bunga The Fed Naik
ILUSTRASI. Bank di Amerika Serikat (AS) terancam kehilangan banyak pendapatan bunga di tahun ini.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank di Amerika Serikat (AS) terancam kehilangan banyak pendapatan bunga di tahun ini. Tren kenaikan bunga membuat bank di AS harus banyak menaikkan suku bunga deposito. Sementara kredit yang bank tawarkan bisa menurun karena ancaman resesi.

Pergerakan tersebut berpotensi membebani pendapatan bunga bersih. Bank mengumpulkan pendapatan dari pembayaran pinjaman dikurangi apa yang mereka bayarkan kepada deposan.

First Internet Bank of Indiana menawarkan bunga deposito tahunan sebesar 4,39% untuk tenor enam bulan. Sementara Synchrony Financial membayar 3,9% untuk jangka waktu yang sama, mengutip Bloomberg pada Minggu (15/1). 

Baca Juga: Harga Emas Dunia Berpotensi Makin Berkilau, Berikut Sentimen Pendorongnya

Bahkan saving bond AS membayar lebih tinggi. Penawaran Seri I menghasilkan tingkat gabungan hampir 6,9%. 

“Kami tidak pernah menaikkan suku bunga secepat ini. Saya berharap akan ada lebih banyak migrasi ke deposito, lebih banyak migrasi ke reksadana pasar uang,” katanya Chief Executive Officer JPMorgan Jamie Dimon.

Dimon menyebut, JPMorgan juga harus mengubah bunga yang dibayarkan pada rekening tabungan. Bank yang berbasis di New York ini memperkirakan pendapatan bunga bersih tahun 2023 sebesar US$ 73 miliar. 

Prediksi JPMorgan ini lebih rendah dari perkiraan analis. Angka yang lebih kecil disebabkan oleh penyesuaian suku bunga dan pengurangan simpanan.

Baca Juga: Ditopang Saham Bank, Bursa Wall Street Menguat di Akhir Pekan

Bank of America (BofA) sebagai bank terbesar kedua juga memperkirakan tingkat suku bunga simpanan yang lebih tinggi. Chief Financial Officer BofA Alastair Borthwick mengatakan, pendapatan bunga bersihnya akan lebih rendah dari perkiraan analis tahun ini. Dia menilai nasabah masih akan mengalihkan simpanan mereka ke alternatif dengan imbal hasil tinggi. 

Kedua bank, sejauh ini, mampu menjaga biaya simpanan. Kedua bank membayar deposan hanya 0,01% untuk tabungan mereka di rekening standar, menurut informasi di website kedua bank. Deposito rata-rata turun 4% pada kuartal keempat dari tahun sebelumnya di JPMorgan, dan 5% di BofA.

Empat raksasa perbankan di Amerika Serikat (AS) seperti JPMorgan Chase & Co, Bank of America Corp, Citigroup Inc, dan Wells Fargo & Co, diperkirakan melaporkan laba yang lebih rendah di kuartal keempat 2022. Selain keempat bank itu, Reuters menyebutkan bahwa Morgan Stanley dan Goldman Sachs juga akan mengalami hal serupa.

 Keenam bank AS itu adalah pemberi bank terbesar yang diperkirakan telah mengumpulkan pencadangan gabungan senilai US$ 5,7 miliar untuk mempersiapkan apabila kondisi pinjaman memburuk. 

Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan untuk Perdagangan Senin (16/1), IHSG Berpeluang Menguat

Analis Morgan Stanley mengatakan, sebagian besar ekonom AS memperkirakan akan terjadi resesi atau perlambatan ekonomi yang signifikan di tahun 2023 ini. Dampaknya ke sektor perbankan, kemungkinan bakal mengalami prospek ekonomi yang lebih parah.

Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara agresif sebagai upaya mencegah inflasi ke level tertinggi dalam beberapa dekade. Kenaikan harga dan biaya pinjaman yang lebih tinggi telah mendorong para konsumen dan pebisnis lebih menghemat pengeluaran mereka. 

Alhasil, keuntungan bank yang berfungsi sebagai perantara ekonomi menurun karena aktivitas ekonomi yang melambat. Sementara itu, analis dari Refinitiv memperkirakan, keenam bank tersebut bakal melaporkan penurunan laba bersih rata-rata sebesar 17% pada kuartal keempat 2022. 

Investor dan analis akan fokus pada komentar bos bank sebagai ukuran penting prospek ekonomi. Perbankan pun telah diperingatkan untuk memangkas kompensasi dan menghilangkan beberapa pekerjaan karena kondisi bisnis yang saat ini lebih keras. 

Baca Juga: Sentimen Positif dari Domestik, Kurs Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat Senin (16/1)

Reuters melaporkan, Goldman Sachs akan mulai memberhentikan ribuan karyawan mulai hari Rabu (11/1). Morgan Stanley dan Citigroup juga telah memangkas pekerjaan setelah anjloknya aktivitas investasi perbankan. 

Dinamika di sektor perbankan ini terjadi setelah bisnis bank investasi yang menangani merger, akuisisi, dan penawaran umum perdana menghadapi penurunan tajam pada tahun 2022 disebabkan kenaikan suku bunga mengguncang pasar. 

Menurut data dari Dealogic, pendapatan investasi perbankan secara global turun lebih dari 50% secara kuartalan menjadi US$ 15,3 miliar pada kuartal keempat. Analis juga akan mengamati apakah bank seperti Morgan Stanley dan Bank of America membukukan penurunan nilai atas pinjaman US$ 13 miliar untuk mendanai pembelian Twitter oleh bos Tesla, Elon Musk.  



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×