kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penduduk Irak sambut Ramadhan di bawah ancaman krisis pangan


Selasa, 13 April 2021 / 13:48 WIB
Penduduk Irak sambut Ramadhan di bawah ancaman krisis pangan
ILUSTRASI. Demonstran memegang bendera Irak saat mereka berkumpul untuk menandai ulang tahun pertama protes anti-pemerintah di Baghdad, Irak, 25 Oktober 2020.


Sumber: Arab News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BAGHDAD. Bulan Ramadhan di negara Islam seperti Irak jelas jadi momen yang sangat penting. Sayangnya, tahun ini kondisi perekonomian Irak membuat rakyatnya berada di bayang-bayang krisis pangan.

Dihadapkan dengan kenaikan harga yang tajam, penurunan daya beli dinar dan meningkatnya pengangguran, warga Irak memasuki bulan puasa Ramadhan dengan perasaan takut.

Seorang ibu tunggal dengan lima anak bernama Umm Hussein, jadi salah satu orang yang merasakan dampak krisis ini memasuki bulan Ramadhan.

"Setelah seharian berpuasa, kami harus makan sesuatu, bahkan jika harga satu kilo tomat naik lebih dari dua kali lipat," ungkapnya seperti dikutip Arab News. Hussein masih harus berjuang setiap bulannya untuk mengumpulkan uang sewa sekitar US$ 45 untuk rumah sederhana mereka. 

Umm Hussein jadi salah satu dari 16 juta penduduk Irak yang hidup di bawah garis kemiskinan dan mesti mengandalkan kartu jatahnya untuk mendapatkan makanan.

Baca Juga: Sekitar 10.000 personel keamanan dikerahkan untuk melindungi Paus Fransiskus di Irak

Kartu jatah tersebut merupakan salah satu warisan Saddam Hussein dari tahun 1990-an ketika Irak berada di bawah embargo internasional yang ketat.

Melalui bantuan tersebut, setiap warga Irak yang kepala keluarganya berpenghasilan kurang dari US$ 1.000 sebulan berhak atas ketentuan dasar tertentu dengan harga bersubsidi. Tahun ini masyarakat mengaku belum mendapatkan jatah bulanan untuk Maret dan April. 

"Kami baru menerima jatah untuk Februari. Kami masih belum punya jatah untuk Ramadhan," ungkap Abu Seif, pria 36 tahun yang menjadi bagian dari subsidi.

Kenaikan harga bahan pokok

Kenaikan harga barang membuat banyak orang terjebak dalam utang yang besar. Seorang pemilik toko kelontong berujar bahwa sejumlah keluarga terpaksa berhutang hingga lebih dari 200.000 dinar atau sekitar US$ 130.

Baca Juga: Kedutaan AS di Irak kembali jadi sasaran roket, tiga kali dalam sepekan

Pendapatan Irak yang dipangkas oleh penurunan harga minyak dunia, tahun lalu mendevaluasi dinar, yang telah kehilangan 25% nilainya terhadap dolar. Hasilnya, kini harga sebotol minyak goreng naik menjadi 2.500 dinar dari yang sebelumnya hanya 1.500 dinar.

Selain kenaikan harga, pembatasan Covid-19 seperti lockdown dan jam malam telah menutup banyak pekerjaan. Parahnya lagi, pekerjaan harian yang jadi andalan banyak orang selama konflik ikut tutup, praktis angka pengangguran dan kemiskinan memuncak.

Krisis pangan ini juga diamini oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka mengatakan saat ini masyarakat Irak terjebak dalam lingkaran setan.

"Lebih dari 90% usaha kecil dan menengah di sektor pangan dan pertanian dilaporkan terkena dampak pandemi yang parah. Untuk mengatasinya, lebih dari 50% memecat staf atau mengurangi gaji," ungkap FAO, seperti dikutip Arab News,

Selanjutnya: PBB akui menyesal karena telah gagal menghapus penderitaan di Suriah




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×