Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pengiriman produk ponsel di China menunjukkan tren negatif pada bulan Juli lalu. Data yang dirilis oleh lembaga pemerintah pada hari Selasa, (11/8), menunjukkan penjualan menurun hingga 35%.
Data tersebut menunjukkan permintaan akan produk ponsel di China terus menurun di tengah wabah corona yang menyerang. Padahal beberap waktu lalu China sempat sedikit lega kerena jumlah kasus mulai menurun.
Menurunnya permintaan ini membuat sejumlah perusahaan ponsel terkemuka seperti Huawei dan Apple khawatir. Terutama Apple yang sejak pandemi ini benar-benar merasakan dampak dari sulitnya ekspor.
Pada bulan Juli lalu, para produsen ponsel hanya mengirimkan 21,3 juta unit ponsel ke seluruh China. Jumlah ini menurun cukup drastis dari 33 juta unit pada tahun lalu.
Baca Juga: Terus-terusan ditekan AS, Huawei dikabarkan berhenti memproduksi chip
China Academy of Information and Communications Technology (CAICT), lembaga penelitian yang didukung pemerintah China, mencatat penurunan persentase pengiriman yang lebih tajam jika dibandingkan dengan bulan Mei (turun 10%) dan bulan Juni (turun 16%).
Menurut laporan Reuters, pada bulan April lalu CAICT sempat melaporkan bahwa pengiriman produk ponsel di China mulai meningkat sebesar 17%. Peningkatan ini cukup di luar dugaan mengingat saat itu wabah virus corona sedang ada di puncaknya.
Saat itu baik pemerintah China maupun para produsen ponsel melihat adanya sedikit harapan di tengah masa sulit akibat pandemi.
Sejak pandemi melanda, penjualan ponsel di China perlahan menurun. Hal ini tidak lepas dari aturan ekspor dan impor yang diperketat demi mencegah penyebaran virus.
Bahkan merek besar seperti Apple saja sempat dibuat kesulitan karena sejumlah pabrik utamanya yang ada di China terpaksa tutup akibat wabah penyakit yang melanda.
Baca Juga: Geser Samsung, Huawei Menjadi Raja Ponsel Global
Di sisi lain, merek lokal seperti Huawei juga mulai khawatir setelah data pengiriman bulan Juli dirilis. Sebelum ini penjualan domestik Huawei sempat meningkat berkat adanya sentimen anti-produk AS di China.
Huawei dan sejumlah merek ponsel lokal lainnya jelas mendapatkan keuntungan dari kampanye tersebut. Tapi sayang, data bulan Juli yang baru dirilis sepertinya harus mebuat Huawei memutar otak lebih lama lagi.
China sendiri sekarang menjadi salah satu negara yang sudah berani membuka gerai ritel secara penuh meskipun pendemi belum benar-benar lenyap dari muka bumi.
Pembukaan kembali aktivitas perdagangan ini diharapkan mampu memulihkan keadaan ekonomi masyarakat China yang memburuk dalam beberapa bulan terakhir.