Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar won Korea Selatan tercatat menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terdalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/12/2025), di tengah pergerakan mata uang kawasan yang relatif terbatas.
Berdasarkan data Reuters pada pukul 02.06 GMT, won Korea Selatan melemah 0,25% ke level 1.476,7 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di 1.473 per dolar AS. Pelemahan ini menjadi yang terbesar di antara mata uang utama Asia pada hari tersebut.
Baca Juga: Harga Perak Tembus US$ 65 per Ons, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Sementara itu, pergerakan mata uang Asia lainnya cenderung tipis. Yen Jepang melemah 0,06% ke level 154,80 per dolar AS, dolar Singapura turun 0,09% ke 1,290, dan dolar Taiwan melemah 0,06% ke 31,494 per dolar AS.
Baht Thailand tercatat turun tipis 0,03% ke 31,425 per dolar AS, peso Filipina melemah 0,07% ke 58,721 per dolar AS, sementara yuan China relatif stabil di kisaran 7,043 per dolar AS.
Di sisi lain, rupiah justru menguat 0,09% ke level 16.670 per dolar AS, berlawanan arah dengan sebagian besar mata uang regional.
Ringgit Malaysia juga mencatat penguatan 0,05% ke 4,081 per dolar AS, sementara rupee India cenderung stagnan di kisaran 91,03 per dolar AS.
Secara kumulatif sepanjang tahun 2025, kinerja mata uang Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi.
Yen Jepang tercatat menguat 1,54% dibandingkan akhir 2024, dolar Singapura menguat 5,83%, dan dolar Taiwan naik 4,09%.
Sebaliknya, won Korea Selatan masih mencatat pelemahan sekitar 0,3% sepanjang tahun berjalan.
Baca Juga: Dolar Dekati Level Terendah 2,5 Bulan Rabu (17/12) Pagi, Pasar Tunggu Sinyal The Fed
Rupiah Indonesia tercatat melemah 3,48%, rupee India turun 5,95%, dan peso Filipina melemah 1,10% dibandingkan posisi akhir tahun lalu.
Adapun ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing mencatat penguatan signifikan sepanjang 2025, dengan kenaikan 9,48% dan 9,15%, sementara yuan China menguat 3,64% terhadap dolar AS.
Pelaku pasar masih mencermati arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve serta rilis data inflasi AS yang akan menjadi penentu utama pergerakan mata uang global dalam waktu dekat.













