kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perlawanan Besar Pejuang Palestina Menghadang Kembalinya Militer Israel di Gaza


Minggu, 19 Mei 2024 / 07:32 WIB
Perlawanan Besar Pejuang Palestina Menghadang Kembalinya Militer Israel di Gaza
ILUSTRASI. Sebuah rudal menghantam sebuah bangunan di Gaza utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, seperti yang terlihat dari Israel, 11 Mei 2024. REUTERS/Amir Cohen


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - KAIRO. Pertempuran sengit antara tantara penjajah Zionis Israel melawan pejuang Palestina merdeka terjadi di Gaza utara Palestina. Perangan ini terjadi ketika bantuan mulai mengalir dari dermaga yang dibangun oleh sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

Pasukan Israel bertempur melawan pejuang Hamas di gang-gang sempit Jabalia di Gaza utara pada hari Jumat (17/5). Pertempuran ini menjadi beberapa pertempuran paling sengit sejak Israel kembali menyerang ke daerah itu seminggu yang lalu. 

Sementara di selatan, pejuang kemerdekaan Palestina menyerang dan enghancurkan tank-tank yang berkumpul di sekitar Rafah.

Baca Juga: Militer Israel Bergerak ke Arah Rafah dari Gaza, Berbatasan dengan Mesir

Warga mengatakan kendaraan lapis baja Israel telah menembus pasar di jantung Jabalia, kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Gaza. Tank tempur juga dilengkapi dengan eskavator yang terus menghancurkan rumah-rumah penduduk, dan toko-toko di sepanjang jalur serangan militer zionis Israel tersebut.

“Tank dan pesawat memusnahkan kawasan perumahan dan pasar, toko, restoran, semuanya. Itu semua terjadi sebelum dunia bermata satu,” kata Ayman Rajab, warga Jabalia barat, seperti dikutip kantor berita Reuters.

Tentara pendudukan Israel mengklaim pasukannya telah membersihkan Jabalia beberapa bulan sebelumnya dalam perang Gaza. Namun mereka Kembali dating menghancurkan wilayah ini dan membunuh penduduk tak bersenjata dengan alasan adanya kebangkitan pejuang kemerdekaan Palestina, hamas, di wilayah tersebut.

Sementara, di Gaza selatan yang berbatasan dengan Mesir, asap tebal membubung di atas Rafah, tempat serangan Israel yang meningkat telah menyebabkan ratusan ribu orang terpaksa menginggalkan tempat-tempat pengungsian yang tersisa untuk menyelamatkan diri dari pembantaian Israel.

“Orang-orang ketakutan dan berusaha melarikan diri,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB, di Jenewa. Ia menambahkan bahwa sebagian besar penduduk mengikuti perintah tantara pendudukan Israel untuk bergerak ke utara menuju pantai tetapi tidak ada rute atau tujuan yang aman.

Ketika pertempuran berkecamuk, militer AS mengatakan truk-truk mulai memindahkan bantuan ke darat dari dermaga darurat yang mereka bangun. yang merupakan dermaga pertama yang mencapai wilayah kantong yang terkepung melalui laut dalam beberapa minggu.

World Food Program mengharapkan adanya pasokan makanan, air, tempat tinggal dan pasokan medis tiba melalui dermaga apung. Mereka mengatakan bantuan tersebut diangkut ke gudangnya di Deir Al Balah di Gaza tengah dan mengatakan kepada mitra bahwa bantuan tersebut siap untuk didistribusikan.

Baca Juga: Tiga Warga Palestina Terbunuh dalam Serangan Militer Israel di Kamp Pengungsian

PBB sebelumnya menegaskan bahwa konvoi truk melalui darat – yang terganggu bulan ini akibat serangan tantara pendudukan Israel di Rafah – masih merupakan cara paling efisien untuk mendapatkan bantuan.

“Untuk mencegah kengerian kelaparan, kita harus menggunakan rute tercepat dan paling jelas untuk menjangkau masyarakat Gaza – dan untuk itu, kita memerlukan akses melalui darat sekarang,” kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq.

Pejuang Hamas menuntut diakhirinya pengepungan Israel dan menuduh Washington terlibat dalam kebijakan “kelaparan dan blokade” Israel.

Gedung Putih mengatakan penasihat keamanan nasional Amerika Jake Sullivan akan mengunjungi Israel pada hari Minggu dan menekankan perlunya serangan yang ditargetkan terhadap militan Hamas daripada serangan skala penuh terhadap Rafah.

Sekelompok pekerja medis AS meninggalkan Jalur Gaza setelah terjebak di rumah sakit tempat mereka memberikan perawatan, kata Gedung Putih.

KETAKUTAN KEMANUSIAAN

Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pasukannya telah membunuh lebih dari 60 orang yang diklaim sebagai pejuang kemerdekaan Palestina di Jabalia beberapa hari terakhir.

Operasi divisi biasanya melibatkan beberapa brigade yang masing-masing terdiri dari ribuan tentara, menjadikannya salah satu serangan yang terbesar dalam perang mereka di Gaza.

“Pusat pengendalian tembakan Brigade ke-7 mengarahkan puluhan serangan udara, melenyapkan musuh dan menghancurkan infrastruktur musuh,” kata IDF.

Setidaknya 35.303 warga Palestina kini telah terbunuh akibat serangan massif dan genosida tantara Israel.  

Namun jumlah puluhan ribu penduduk tak bersenjata ini belum cukup bagi tentara pendudukan zionis Israel. Mereka mengatakan mereka harus merebut Rafah dengan klaim untuk menghancurkan Hamas dan menjamin keamanan negara. 

Sebagai tanggapan, Hamas mengatakan bahwa negosiasi adalah satu-satunya cara bagi Israel untuk mengambil sandera hidup-hidup: "Musuh tidak akan mendapatkan tawanannya kecuali dalam bentuk mayat atau melalui kesepakatan pertukaran yang terhormat untuk rakyat dan perlawanan kami."

Pembicaraan mengenai gencatan senjata menemui jalan buntu.

'PERANG TRAGIS'

Tank dan pesawat tempur Israel terus membombardir sebagian besar wilayah Rafah pada hari Jumat.

Sementara sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan mereka telah menembakkan rudal anti-tank dan mortir ke arah pasukan yang berkumpul di timur, tenggara dan di dalam perbatasan Rafah dengan Mesir.

UNRWA, badan bantuan utama PBB untuk Palestina, mengatakan lebih dari 630.000 orang telah meninggalkan Rafah sejak serangan dimulai pada 6 Mei.

“Mereka pindah ke daerah yang tidak ada air – kami harus mengirimkannya dengan truk – dan orang-orang tidak mendapatkan cukup makanan,” Sam Rose, direktur perencanaan UNRWA, mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat melalui telepon dari Rafah. di mana katanya, tempat itu sangat sepi.

Di Mahkamah Internasional, atau Pengadilan Dunia, di Den Haag, tempat Afrika Selatan menuduh Israel melanggar Konvensi Genosida, pejabat Kementerian Kehakiman Israel Gilad Noam membela operasi tersebut.

Tim hukum Afrika Selatan, yang mengajukan tuntutan untuk tindakan darurat baru pada hari sebelumnya, menggambarkan operasi militer Israel sebagai bagian dari rencana genosida yang bertujuan untuk menghancurkan rakyat Palestina.



TERBARU

[X]
×