Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Ini data terbaru mengenai permintaan emas yang dirilis World Gold Council (WGC). Dalam laporannya, WGC melihat tingkat pembelian emas termasuk emas batangan, koin emas, dan perhiasan naik ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Menurut WGC, kenaikan pembelian emas mencapai 8% menjadi 1.121 metrik ton pada kuartal lalu dibanding tahun sebelumnya. Sementara, pembelian emas batangan dan koin emas naik hingga sepertiga.
Salah satu faktor melonjaknya permintaan adalah harga emas yang semakin murah pada kuartal III-2015.
Selain itu, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina juga turut menyumbang kenaikan tingkat permintaan emas. Demikian pula halnya dengan krisis di Yunani.
"Senang ada kabar baik mengenai emas setelah pergerakan emas yang stabil pada paruh pertama tahun ini. Tak ada keraguan bahwa penurunan harga emas yang cukup dalam mendorong investor kembali masuk ke pasar emas," jelas Alistair Hewitt, Director of Market Intelligence WGC yang berbasis di London.
WGC memprediksi, permintaan emas untuk tahun ini akan berada di kisaran 4.200 hingga 4.300 ton.
Sebelumnya, WGC juga menaikkan estimasi pembelian emas oleh bank sentral menjadi 500 ton hingga 600 ton dari prediksi sebelumnya 400 ton hingga 500 ton.
Pada tahun lalu, tingkat permintaan emas secara menyeluruh mencapai 4.217 tin.
Menurut data WGC, harga emas di pasar spot turun di London ke level terendah dalam lima tahun pada 24 Juli lalu. Nah, pada saat itu, permintaan investasi emas langsung melejit menjadi 230 ton.
Pembelian perhiasan emas terbanyak berasal dari India, China, Amerika, dan Timur Tengah.
Khusus India, permintaan emas terkonsentrasi pada musim liburan Diwali di mana permintaan emas naik 15% menjadi 211 ton. Sedangkan permintaan emas China naik 13% menjadi 240 ton.
Adapun pembelian emas batangan dan koin emas di Amerika naik tiga kali lipat menjadi 33 ton. Ini merupakan level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
WGC juga melaporkan adanya permintaan yang tinggi terhadap emas di Eropa seiring kecemasan mengenai krisis ekonomi Yunani dan konflik Ukraina.