kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan gandum Asia bakal naik 40%


Jumat, 06 Februari 2015 / 08:10 WIB
Permintaan gandum Asia bakal naik 40%


Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina

Melbourne. Selera jumbo masyarakat Asia terhadap produk gandum memberi berkah berlimpah bagi petani Australia. Menyandang status eksportir gandum terbesar keempat di dunia, petani Australia paling diuntungkan karena permintaan konsumen Asia Tenggara bakal melonjak 40% menjadi 13,2 juta metrik ton pada tahun 2020 mendatang.

Ramalan optimistis dilemparkan Greg Harvey, CEO Interflour Group Pte. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi dan kenaikan populasi memicu kenaikan permintaan gandum di Asia Tenggara. Hitungan Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS), impor gandum ke Asia Tenggara menyentuh rekor 17,75 juta ton pada periode 2014-2015. Angka tersebut lebih tinggi 8,6% dibandingkan dengan rata-rata impor tahunan selama  lima tahun terakhir. 

Sementara, konsumsi produk gandum dan turunannya bakal mencapai 29 kilogram di tahun 2020 dari posisi 20 kilogram di akhir tahun 2014. Prediksi Pemerintah AS, Indonesia menjadi kontributor terbesar permintaan tinggi gandum. Indonesia diperkirakan akan menjadi negara importir gandum terbesar di Asia sekaligus terbesar kedua di dunia. Selain Indonesia, Vietnam dan Filipina bakal menjadi negara yang mengalami pertumbuhan permintaan gandum rata-rata 7% per tahun hingga tahun 2020. 

Di sisi lain, petani gandum Australia diperkirakan tidak mampu memenuhi kebutuhan tinggi dari Asia. "Ekspor gandum dari AS, Kanda dan Rusia akan membantu Australia memenuhi suplai gandum," ujar Harvey seperti dikutip Bloomberg, Kamis (5/2). 

Dengan prospek kinclong, Interflour telah mendirikan pabrik di Indonesia. Di Indonesia, Interflour mendirikan perusahaan patungan dengan konglomerasi Grup Salim dan importir gandum terbesar di Australia, CBH Group. Interflour juga membangun pabrik penggilingan gandum di Filipina yang bakal rampung tahun 2016.

Kendati permintaan tinggi, produsen gandum Australia teradang cuaca buruk untuk meningkatkan produksi. Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics and Sciences memproyeksikan, ekspor gandum dari Negeri Kanguru bakal susut 7,2% menjadi 16,99 juta dalam tempo 12 bulan mendatang, level terendah sejak lima tahun terakhir. 

Selain cuaca kering, keterbatasan lahan juga menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan produksi gandum. "Tingkat pertumbuhan produktivitas gandum Australia hanya 1% setahun," ujar Simon McNair, CEO Australian Grain Growers Co-Operative.     




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×