Reporter: Adi Wikanto, Bloomberg | Editor: Adi Wikanto
Ulaanbaatar. Untuk pertama kalinya, Pemerintah Mongolia berencana mencari utangan dengan menjual obligasi dollar. Targetnya mendapatkan dana US$ 500 juta untuk membantu perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
Penerbitan surat utang itu diperkirakan akan berlangsung tahun ini. Hal ini tinggal menunggu persetujuan parlemen. "Obligasi perdana ini penting sebagai patokan dan membuka jendela bagi perusahaan swasta untuk berkembang dan mendapatkan dana," kata Wakil Menteri Keuangan, Ganhuyag Chulun Hutagt, kemarin.
Selain itu, mereka juga ingin menerbitkan obligasi dalam mata uang domestik senilai 1,5 triliun tugrik atau US$ 1,2 miliar. Ini bertujuan untuk menyerap banyaknya likuiditas di pasar. Selain itu juga untuk mengurangi tekanan terhadap mata uang karena naiknya ekspor komoditas seperti tembaga dan batubara yang merupakan ekspor terbesar di Mongolia.
Penjualan obligasi akan menandai perubahan rencana tahun 2010 yang gagal terlaksana. Saat itu, mereka berencana meminjam US$ 1,2 miliar dari luar negeri untuk bertahan dari resesi ekonomi global. Namun, rencana ini kembali dijalankan karena anggaran Mongolia terancam defisit 10%.
Selain itu, mata uang turgrik juga telah meningkat tajam. Sejak 1 Januari 2010, mata uang tugrik sudah menguat 15,4% terhadap dollar AS dan 19,2% terhadap euro.
Penguatan mata uang itu akan membahayakan industri dalam negeri di luar pertambangan, seperti produksi kasmir dan pertanian. Padahal, pemerintah sudah membentuk tim khusus untuk mempromosikan industri tersebut ke luar negeri.