Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin sedang menunjukkan pola yang langka, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 2014. Situasi ini muncul karena pasar saham terus mencetak rekor (S&P 500 naik lebih dari 16% tahun ini), sementara Bitcoin dan aset kripto lainnya justru melemah.
Ini menjadi pertama kalinya dalam satu dekade lebih pasar kripto dan pasar saham bergerak ke arah berlawanan, menurut laporan Bloomberg.
Mengutip Fast Company, pergerakan terpisah seperti ini, saham meroket sementara Bitcoin tersungkur, memang tidak biasa.
Pada Jumat siang, Bitcoin (BTC) turun lebih dari 4% dan berada di kisaran US$ 88.945. Angka itu jauh di bawah rekor tertingginya yang menembus US$ 125.000, tetapi masih sedikit di atas titik terendah terbarunya di US$ 85.000 atau turun hampir 30% dari posisi puncak.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui.
Baca Juga: Warning Bos Nvidia: AS Butuh 3 Tahun untuk Data Center, China Bangun RS dalam 1 Hari
Mengapa pergerakan berbeda antara kripto dan saham dianggap tidak wajar?
Meski Bitcoin dikenal volatil, sejarah menunjukkan bahwa Bitcoin dan pasar saham biasanya naik-turun secara bersamaan.
Lalu, apa yang membuat investor melepas kepemilikan kripto? Faktor apa yang menekan kepercayaan pasar?
Salah satu pendorong optimisme sebelumnya adalah dukungan awal pemerintahan Trump terhadap industri kripto, termasuk langkah-langkah regulasi yang ramah aset digital.
Namun, seperti pernah diberitakan Fast Company, gabungan berbagai faktor mikro dan makro ekonomilah yang kini membuat investor makin berhati-hati terhadap aset yang sangat volatil ini.
Beberapa faktor tersebut mencakup inflasi yang lebih tinggi, perubahan suku bunga, memudarnya euforia terhadap saham-saham AI akibat kekhawatiran adanya gelembung AI, serta meningkatnya kecemasan akan melebarnya kesenjangan antara kelompok berpenghasilan rendah dan kaya, sebuah tren yang mengarah pada apa yang disebut “K-shaped economy.”
Tonton: 2.000 Bitcoin Bergerak: Koin Casascius Langka Aktif Kembali Setelah 13 Tahun
Sebenarnya, apa itu Bitcoin?
Bitcoin adalah jenis mata uang kripto. Tidak seperti dolar AS atau euro, Bitcoin hanya ada dalam bentuk digital dan beroperasi tanpa pengawasan pemerintah maupun bank. Transaksinya berlangsung langsung antar pengguna (peer-to-peer), sehingga lebih sulit dilacak. Validasi dan pencatatan transaksi dilakukan melalui sistem buku besar terdesentralisasi bernama blockchain.
Kesimpulan
Bitcoin memasuki fase yang tidak biasa: bergerak berlawanan arah dengan pasar saham AS untuk pertama kalinya sejak 2014. Harga BTC turun hampir 30% dari puncaknya meski saham-saham AS mencatat rekor baru. Kejatuhan Bitcoin dipicu kombinasi faktor ekonomi—mulai inflasi tinggi, dinamika suku bunga, kekhawatiran gelembung AI, hingga tanda-tanda “K-shaped economy.” Sentimen positif dari kebijakan pro-kripto Trump ternyata belum cukup menahan tekanan tersebut. Pola perpecahan seperti ini menandakan investor mulai menghindari aset berisiko tinggi di tengah ketidakpastian makro.













