Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas sektor jasa di China bergerak kian pelan sepanjang bulan Mei, membuntuti pertumbuhan ekspor negeri itu yang melambat. Pertumbuhan yang melambat itu terlihat dari hasil survei dari lembaga survei swasta Caixin Markit.
Purchasing Manager Index yang disusun Caixin Markit untuk Mei sebesar 52,7 lebih rendah daripada posisi per April, yaitu 54,5. Angka indeks per Mei juga merupakan yang terendah selama tiga bulan terakhir.
Dalam indeks tersebut, angka indeks di atas 50 mencerminkan pertumbuhan alias ekspansi. Sedangkan angka di bawah 50 menandakan kontraksi.
Pesanan yang diperoleh perusahaan jasa China turun drastis dari posisi tertingginya di April, yaitu 55,6 menjadi 51,1. Sebagian besar responden menyatakan tidak ada perubahan dalam penjualan ekspor mereka selama bulan Mei.
“Pertumbuhan ekonomi China secara keseluruhan memperlihatkan tanda-tanda perlambatan di bulan Mei. Pembuat kebijakan sudah saatnya memperhatikan ketersediaan lapangan kerja serta tingkat kepercayaan pebisnis,” tutur Zhengsheng Zhong, direktur analisis makroekonomi di CEBM Grup yang mempublikasikan hasil riset tersebut, seperti dikutip Reuters.
Survei itu menambah deretan data ekonomi dan hasil survei yang mengisyaratkan Beijing perlu mempertimbangkan pengucuran stimulus tambahan untuk mengerem pelemahan pertumbuhan ekonomi. Dalam survei yang dipublikasikan pemerintah China, pesanan penjualan ekspor per Mei.
Sektor jasa sebelumnya diandalkan China untuk mengimbangi perlambatan pertumbuhan yang dialami sektor manufaktur belakangan ini. Namun, memburuknya prospek ekonomi global, konsumen pun mengurangi belanja mereka di berbagai pasar, mulai fesyen, kosmetik hingga otomotif.
Indeks PMI untuk sektor manufaktur dan jasa yang dirilis Caixin juga merosot ke posisi 51,5 per akhir Mei. Di bulan April, indeks berada di posisi 52,7. Analis menilai survei PMI terbaru mencerminkan prospek ekonomi global yang kian suram.
“Ketegangan hubungan dagang AS dan China serta rontoknya indeks PMI di berbagai negara mengisyaratkan risiko memburuknya prospek pertumbuhan kian nyata,” demikian penilaian analis Morgan Stanley seperti dikutip Reuters.