Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut AS dan para sekutunya telah mendapat keuntungan dari segala konflik yang terjadi di Timur Tengah.
Dalam rapat terkait situasi di Dagestan hari Senin (30/10), Putin mengajak semua pihak untuk melihat dengan jelas siapa sebenarnya dalang di balik tragedi yang menimpa masyarakat di Timur Tengah dan kawasan dunia lainnya.
Putin secara tegas menyebutkan bahwa elit penguasa Amerika Serikat adalah pihak yang paling diuntungkan dari ketidakstabilan global.
"Kita harus melihat dengan jelas siapa sebenarnya dalang di balik tragedi yang menimpa masyarakat di Timur Tengah dan kawasan dunia lainnya, siapa yang mendalangi kekacauan yang mematikan ini. Elit penguasa Amerika Serikat dan negara-negara satelitnya adalah pihak yang paling diuntungkan dari ketidakstabilan global. Mereka mendapat untung besar darinya," kata Putin, dikutip TASS.
Baca Juga: Rusia Berlatih Serangan Nuklir Skala Besar
Putin melihat bahwa saat ini AS mulai kehilangan pengaruhnya sebagai negara adidaya. Atas dasar itu, AS berusaha mengguncang Rusia dan negara-negara pesaing lainnya dengan menyebarkan perselisihan.
"AS sebagai negara adidaya global semakin melemah, kehilangan posisinya, dan semua orang melihatnya, memahaminya, bahkan dengan melihat tren perekonomian global," lanjut Putin.
Dengan pandangan serupa, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dalam Beijing Xiangshan Forum juga menyebut AS dan negara-negara Barat lainnya sedang berusaha memperluas perang di Ukraina ke wilayah Asia-Pasifik.
Baca Juga: Menhan Rusia: Barat Berusaha Memperluas Perang Ukraina ke Wilayah Asia-Pasifik
Dalam pidatonya, Shoigu mengatakan NATO menutupi penumpukan kekuatan di kawasan Asia-Pasifik dengan pernyataan manis seperti "keinginan besar untuk berdialog."
"Negara-negara NATO mempromosikan perlombaan senjata di wilayah tersebut, meningkatkan kehadiran militer mereka serta frekuensi dan skala latihan militer di sana," kata Shoigu, dikutip Reuters.
Shoigu menambahkan, munculnya blok keamanan baru seperti Quad dan AUKUS secara perlahan akan melemahkan fungsi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan upaya kawasan tersebut untuk mencapai proliferasi nuklir.