Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Vladimir Putin bersikeras, operasi militer Rusia di Ukraina berjalan sesuai rencana, meskipun intelijen Barat menunjukkan, invasi Rusia berada di belakang jadwal.
"Semua tujuan yang ditetapkan sedang diselesaikan atau dicapai dengan sukses," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, Kamis (3/3), seperti dikutip Sky News.
Dia juga menegaskan kembali klaimnya bahwa Rusia memerangi neo-Nazi. “Sekarang di wilayah Ukraina, tentara dan perwira kami berjuang untuk Rusia, untuk kehidupan yang damai bagi warga Donbass," ujar Putin.
"Untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina, sehingga kami tidak bisa diancam oleh anti-Rusia di perbatasan negara kami yang telah dibuat Barat selama bertahun-tahun," tegasnya.
Baca Juga: Habis Bicara dengan Putin, Presiden Prancis: Yang Terburuk akan Terjadi di Ukraina
Putin menyebutkan, orang Ukraina dan Rusia adalah "satu". Tetapi, menurut dia, orang Ukraina telah "diancam dan dicuci otaknya".
Sebelumnya, Putin mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron, Rusia “berniat untuk melanjutkan perang tanpa kompromi melawan gerilyawan kelompok bersenjata nasionalis”, menurut akun Kremlin.
Sementara Presiden Prancis menduga, yang terburuk akan datang di Ukraina, setelah melakukan pembicaraan via telepon selama 90 menit dengan Putin yang tampaknya berniat merebut "seluruh" negara itu.
Baca Juga: Pengusaha Rusia Gelar Sayembara Kepala Vladimir Putin, Berhadiah Rp 14 Miliar
"Dugaan Presiden (Macron) adalah yang terburuk akan datang, mengingat apa yang Presiden Putin katakan kepadanya," kata seorang pembantu senior Presiden Prancis tanpa menyebut nama kepada wartawan, Kamis (3/3), seperti dikutip Channel News Asia.
"Tidak ada apa pun dalam apa yang Presiden Putin katakan kepada kami yang bisa meyakinkan kami. Dia (Putin) menunjukkan tekad yang besar untuk melanjutkan operasi (militer di Ukraina)," ungkapnya.
Dia menambahkan, Putin "ingin menguasai seluruh Ukraina. Dia akan, dengan kata-katanya sendiri, melakukan operasinya untuk menghancurkan Ukraina sampai akhir".
"Anda bisa memahami sejauh mana kata-kata ini mengejutkan dan tidak dapat diterima, dan Presiden (Macron) mengatakan kepadanya bahwa itu bohong," ujar pembantu senior Presiden Prancis itu.