Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada Kamis bahwa Qatar akan menginvestasikan dana sebesar US$ 10 miliar (sekitar Rp 165,5 triliun) dalam beberapa tahun mendatang untuk pengembangan Pangkalan Udara Al Udeid, yang terletak di barat daya ibu kota Doha.
Pangkalan ini merupakan fasilitas militer terbesar AS di wilayah Timur Tengah dan memiliki peranan strategis bagi operasi militer di kawasan.
Dalam pidatonya kepada pasukan AS di pangkalan tersebut, Trump juga menyatakan bahwa kesepakatan pembelian alat pertahanan oleh Qatar yang ditandatangani pada Rabu mencapai nilai sebesar US$ 42 miliar (sekitar Rp 695,3 triliun). Investasi ini menegaskan posisi Qatar sebagai mitra utama Amerika Serikat dalam menjaga stabilitas keamanan regional.
Peran Strategis Uni Emirat Arab dalam Kompetisi Global Kecerdasan Buatan
Setelah kunjungannya ke Qatar, Presiden Trump dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Uni Emirat Arab (UEA), di mana para pemimpin negara tersebut tengah berupaya menjadikan UEA sebagai pusat global dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga: Trump Desak Apple Hentikan Produksi di India, Minta Fokus ke AS
Amerika Serikat telah menandatangani kesepakatan awal dengan UEA yang memungkinkan negara tersebut mengimpor 500.000 chip AI paling canggih produksi Nvidia per tahun, mulai tahun ini.
Kesepakatan ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan pusat data (data center) di UEA yang sangat penting untuk pengembangan model-model kecerdasan buatan. Namun, beberapa kalangan di pemerintahan AS menyuarakan kekhawatiran terkait keamanan nasional, sehingga persyaratan kesepakatan tersebut masih berpotensi mengalami perubahan.
Deretan Kesepakatan Bisnis dan Diplomasi Selama Kunjungan ke Teluk
Kunjungan empat hari Presiden Trump ke wilayah Teluk ini diwarnai dengan penandatanganan sejumlah kesepakatan bisnis besar. Salah satunya adalah perjanjian Qatar Airways untuk membeli hingga 210 pesawat Boeing widebody.
Selain itu, Saudi Arabia berkomitmen untuk menginvestasikan sekitar US$ 600 miliar (sekitar Rp 9.933 triliun) di Amerika Serikat, serta transaksi penjualan senjata AS ke kerajaan tersebut senilai US$ 142 miliar ( sekitar Rp 2.350 triliun)
Selain aspek ekonomi, kunjungan ini juga menghidupkan kembali aktivitas diplomasi. Trump secara mengejutkan mengumumkan pada Selasa bahwa Amerika Serikat akan mencabut sanksi yang telah lama diberlakukan terhadap Suriah.
Ia kemudian bertemu dengan Presiden interim Suriah Ahmed al-Sharaa dan mendorong pembentukan hubungan diplomatik antara Suriah dan Israel, yang selama ini menjadi musuh lama.
Baca Juga: Kejutan Besar! India Tawarkan Perdagangan Bebas Tarif Produk AS, Trump Bilang Begini
Fokus Kecerdasan Buatan di Abu Dhabi dan Implikasi Keamanan Nasional AS
Dalam pertemuannya di Abu Dhabi, Presiden Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan dan pemimpin lainnya. Fokus utama pada segmen terakhir kunjungannya ini diperkirakan adalah penguatan kerja sama di bidang kecerdasan buatan.
Di masa pemerintahan sebelumnya, Presiden Joe Biden menerapkan pengawasan ketat terhadap ekspor chip AI AS ke wilayah Timur Tengah, khawatir teknologi tersebut dapat dialihkan ke China dan memperkuat kapasitas militer Beijing.
Namun, Trump berusaha membuka peluang baru dengan memperlonggar aturan dan mendorong pengembangan teknologi AI di negara-negara Teluk, yang jika berhasil, akan menjadikan kawasan ini sebagai pusat kekuatan ketiga dalam persaingan global kecerdasan buatan, setelah Amerika Serikat dan China.
Sebelumnya, Trump sempat mempertimbangkan kemungkinan melakukan perjalanan singkat ke Turki untuk bergabung dalam pembicaraan Rusia-Ukraina sebelum kembali ke Washington. Namun, pejabat AS menyatakan pada Rabu bahwa kunjungan tersebut batal dilaksanakan.