Sumber: Times of India | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Bahkan para pengusaha paling sukses di dunia pun pernah menghadapi pertanyaan interview tersulit yang sama menantangnya dengan para pencari kerja.
Miliarder filantropis sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates, mungkin tidak pernah benar-benar perlu mengikuti wawancara kerja formal.
Namun, dalam sebuah percakapan tahun 2020 di kanal YouTube bintang NBA Stephen Curry berjudul State of Inspiration, Gates berpura-pura sebagai seorang insinyur perangkat lunak muda, seorang dropout kuliah yang bersiap menjalani wawancara pertamanya di Microsoft.
Baca Juga: Delonix Group Agresif Ekspansi, Perkuat Bisnis Perhotelan di Indonesia lewat Model J
Melansir dari media online India, Times of India, latihan ini lebih dari sekadar simulasi. Gates memberi wawasan berharga bagi para lulusan baru dan profesional muda tentang bagaimana menghadapi pertanyaan klasik dalam wawancara kerja dengan kejernihan, pemikiran strategis, dan rasa percaya diri.
Pertanyaan yang Paling Ditakuti Kandidat
Dari berbagai pertanyaan yang dibahas Gates, tidak ada yang lebih berbobot dibanding: “Mengapa kami harus merekrut Anda?”. Dalam menjawabnya, ia menekankan bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga potensi untuk berkolaborasi.
“Bapak/Ibu dapat meninjau kode yang telah saya kembangkan. Saya telah menulis program perangkat lunak yang melampaui materi perkuliahan yang pernah saya tempuh. Seiring waktu, kemampuan saya terus berkembang, dan hal itu menunjukkan betapa besar ambisi serta komitmen saya,” ujar Gates.
Pesannya jelas: perekrut menilai lebih dari sekadar kompetensi teknis. Mereka mencari profesional yang menunjukkan inisiatif, komitmen untuk terus belajar, dan pencapaian nyata.
Gates juga menegaskan kemampuannya bekerja dalam tim serta beradaptasi. Ia berkata, “Saya pikir saya bisa bekerja dengan baik bersama orang lain. Mungkin saya akan mengkritik kode mereka agak keras, tapi secara keseluruhan, saya senang berada dalam tim. Saya suka tujuan yang ambisius, berpikir ke depan, dan merencanakan masa depan. Perangkat lunak itu menarik, dan saya ingin terlibat di dalamnya.”
Baca Juga: Daftar Negara yang Melarang Penggunaan ChatGPT di Tahun 2025
Kejujuran sebagai Aset Profesional
Pelajaran penting lainnya muncul ketika Gates ditanya tentang kelemahan. Ia dengan jujur mengakui, “Saya bukan orang yang alami dalam bidang penjualan atau pemasaran; saya lebih suka fokus pada pembuatan dan definisi produk.”
Keterbukaan ini menegaskan prinsip abadi: kesadaran diri dan kejujuran justru dapat memperkuat profil seorang kandidat, asalkan diimbangi dengan penjelasan yang jelas tentang nilai yang bisa diberikan kepada perusahaan.
Saat ini, perusahaan mencari profesional yang mampu mengenali kekurangan, mengejar peluang pengembangan, serta berkomunikasi efektif tanpa melebih-lebihkan atau meremehkan kemampuan mereka sendiri.
Strategi Membicarakan Kompensasi
Topik gaji sering kali membuat kandidat gugup. Namun, Gates menanganinya dengan bijak. Ia berkata, “Saya berharap paket opsi sahamnya bagus. Saya mampu mengambil risiko, dan saya pikir perusahaan ini memiliki masa depan yang cerah, jadi saya lebih suka menerima opsi saham daripada kompensasi tunai.”
Dengan memprioritaskan ekuitas dibanding uang tunai, Gates menunjukkan keyakinannya pada prospek perusahaan serta memposisikan dirinya sebagai kontributor jangka panjang.
Bagi profesional di tahun 2025, memahami cara menyeimbangkan ekspektasi kompensasi dengan visi perusahaan serta peluang pengembangan diri tetap menjadi keterampilan penting dalam strategi menghadapi HRD.
Tonton: IHSG All Time High, Harapan di Saham Konglomerat
Pelajaran untuk Pencari Kerja di 2025
Stephen Curry merangkum inti pembelajaran dengan singkat: jawaban simulasi Gates mengungkap kerangka kerja untuk menampilkan diri dengan percaya diri, rasa ingin tahu, dan pandangan strategis.
Perekrut saat ini menilai lebih dari sekadar kemampuan teknis; mereka juga memperhatikan kerja sama tim, kejujuran, kemampuan beradaptasi, dan keterampilan bernegosiasi.
Baik dalam karier coding, strategi produk, maupun desain, profesional yang menggabungkan kompetensi teknis dengan visi jauh ke depan dan integritas akan menonjol.
Pendekatan Gates menunjukkan prinsip yang berlaku sampai kapanpun dan industri: kandidat paling meyakinkan adalah mereka yang menyatukan bakat dengan ambisi, profesionalisme etis, serta kemampuan memberi kontribusi bermakna bagi tujuan kolektif tim.
Bagi siapa pun yang tengah mempersiapkan diri, memahami cara menjawab interview dengan percaya diri akan menjadi pembeda. Dengan menerapkan tips sukses interview dari Gates ini, profesional dapat membangun persiapan wawancara kerja yang lebih matang sekaligus memaksimalkan peluang sukses dalam karier.