kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raja Arab baru pertahankan kebijakan minyak lama


Jumat, 23 Januari 2015 / 11:06 WIB
Raja Arab baru pertahankan kebijakan minyak lama
ILUSTRASI. Kompleks gedung kantor pusat Kementerian Keuangan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

DUBAI. Penguasa Arab Saudi yang baru, Raja Salman, diperkirakan akan mempertahanan kebijakan minyak seperti pendahulunya. Salman menjadi raja Arab Saudi setelah Raja Abdullah tutup usia dini hari tadi.

Salah satu indikatornya, Salman mempertahankan Menteri Minyak Ali al-Naimi, yang telah menjadi penentu kegiatan minyak Arab sejak tahun 1995. Naimi saat ini telah berusia 80 tahun.

Dengan produksi minyak 9,5 juta barel per hari dan ekspor 7 juta barel, pasokan minyak Arab memiliki porsi 1/10 dari total produksi global dan 1/5 dari minyak yang diekspor secara internasional.

Kerajaan Arab sebelumnya menolak mengalah untuk menjaga stabilitas harga setelah AS meningkatkan produksi. Harga minyak telah merosot 50% sejak tahun lalu di tengah bertambahnya pasokan.

Salman juga pernah mengungkapkan pendapatnya mengenai kondisi harga minyak pada 6 Januari silam. Dia menilai, ketegangan yang ada di pasar minyak disebabkan oleh pelambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Ketegangan seperti ini bukanlah hal baru di pasar minyak. Kita telah menghadapinya di masa lalu dengan tujuan yang solid, kebijaksanaan, dan pengalaman, dan kita akan menghadapi perkembangan saat ini di pasar minyak dengan cara yang sama." kata Salman.

Secara teori, keputusan minyak di Saudi ditentukan oleh Supreme Petroleum Council, dan dikepalai langsung oleh raja. Pendapat anggota senior di kerajaan, menteri, dan pimpinan industri juga disertakan.

Harga minyak mentah kembali menguat hari ini.Sampai pukul 10:44 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka Nymex untuk pengiriman Maret 2015 melompat 1,79% menjadi US$ 47,13 per barel.




TERBARU

[X]
×