Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Perusahaan gas terbesar kedua di Australia, Santos sepakat diakuisisi konsorsium internasional yang dipimpin oleh Abu Dhabi's National Oil Company (ADNOC) senilai US$ 18,7 miliar. Tujuan konsorsium ini adalah membangun bisnis gas global berskala besar.
Saham Santos langsung naik 11% pada penutupan hari itu. Namun, kenaikan ini masih jauh dari penawaran premium sebesar 28% dibanding harga saham sebelumnya, karena investor khawatir kesepakatan ini bisa terhambat oleh peraturan pemerintah Australia.
Tawaran yang diajukan adalah US$ 5,76 atau A$ 8,89 per saham, sedangkan harga saham Santos terakhir diperdagangkan di A$7,72. Jika termasuk utang perusahaan, nilai total perusahaan (enterprise value) Santos dalam kesepakatan ini mencapai A$ 36,4 miliar, menjadikannya akuisisi tunai terbesar dalam sejarah Australia, menurut data dari FactSet.
"Bagi ADNOC, ini sejalan dengan rencana ekspansi besar mereka," ujar Kaushal Ramesh, analis dari Rystad Energy.
Baca Juga: Amazon Investasi Rp 200 Triliun di Australia
Tawaran ini muncul ketika harga minyak dunia sedang naik akibat ketegangan antara Israel dan Iran yang memicu kekhawatiran terganggunya pasokan minyak dari Timur Tengah.
Jika akuisisi berhasil, konsorsium pimpinan ADNOC melalui XRG, bersama ADQ dan perusahaan investasi Carlyle akan mengendalikan dua fasilitas LNG utama di Australia Gladstone LNG dan Darwin LNG, serta kepemilikan di PNG LNG dan proyek Papua LNG yang belum dikembangkan. Aset Santos di Papua Nugini dianggap sebagai yang paling berharga.
Santos juga sedang mengembangkan proyek minyak Pikka di Alaska, yang dijadwalkan mulai produksi pada pertengahan 2026.
XRG sebelumnya ingin membangun bisnis gas dan LNG global dengan kapasitas 20 juta–25 juta ton per tahun pada 2035. Sebagai perbandingan, Santos menjual 5,08 juta ton LNG pada 2023, dengan lebih dari 60% berasal dari Papua Nugini.
"Yang benar-benar diincar ADNOC adalah aset LNG di kawasan Asia Pasifik, karena itulah wilayah utama permintaan di masa depan," kata Ramesh dari Rystad.
Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers yang memiliki keputusan akhir dalam akuisisi besar melalui saran dari Badan Peninjau Investasi Asing (FIRB), menolak berkomentar apakah ia akan menyetujui atau menolak tawaran ADNOC terhadap Santos.
"Ini akan menjadi keputusan besar," katanya dalam wawancara dengan ABC TV.
Baca Juga: Indonesia-Abu Dhabi Garap PLTS 100 MW di Jatigede
Santos mengatakan, tawaran terbaru ini datang setelah dua tawaran sebelumnya dari konsorsium ditolak pada bulan Maret dengan harga lebih rendah, yaitu US$ 5,04 dan US$ 5,42 per saham.
Dewan direksi Santos menyatakan jika tawaran resmi diajukan, mereka berniat merekomendasikan agar pemegang saham menyetujui kesepakatan tersebut, selama tidak ada tawaran lain yang lebih baik.
Konsorsium XRG saat ini sedang dalam pembicaraan untuk melakukan uji tuntas (due diligence) secara eksklusif sebelum penawaran final disampaikan. Tawaran ini akan memerlukan persetujuan dari 75% pemegang saham Santos.
XRG, yang baru didirikan pada November lalu, juga baru-baru ini mengakuisisi saham proyek gas di lepas pantai Turkmenistan dan menambah portofolio aset LNG di Mozambik.
Namun, tantangan regulasi tetap besar. Kesepakatan ini perlu mendapat persetujuan dari beberapa lembaga di Australia, Papua Nugini, dan Amerika Serikat, seperti FIRB (Australia), Komisi Sekuritas Australia (ASIC). Otoritas Gas dan Minyak Lepas Pantai Australia, Komisi Sekuritas PNG, Komisi Persaingan Konsumen PNG dan Komite Investasi Asing AS (CFIUS).
Untuk menenangkan regulator, XRG berjanji akan tetap mempertahankan kantor pusat Santos di Australia Selatan.
Baca Juga: Tiga Institusi Terkemuka di Abu Dhabi Luncurkan Stablecoin Baru Berbasis Uang Dirham
Analis senior energi dari MST Marquee, Saul Kavonic, mengatakan persetujuan FIRB bisa jadi penghalang besar, mengingat Santos memiliki infrastruktur energi penting di Australia. Menjual aset domestik untuk menenangkan regulator juga tidak mudah karena beban biaya pembongkaran fasilitas lama.
Sebelumnya, pada tahun 2018, Santos menolak tawaran akuisisi senilai US$ 10,8 miliar dari Harbour Energy dan tahun lalu juga membatalkan pembicaraan merger dengan rival domestik Woodside Energy.
Pada Februari 2024, Santos melaporkan penurunan laba bersih tahunan hampir 16% dan memangkas dividen sebesar 41%.
Meskipun Santos sering jadi target akuisisi, Kavonic memperkirakan tidak mungkin ada penawar lain, karena hanya ADNOC yang mungkin bersedia membayar harga setinggi ini demi ambisi LNG global mereka.