Sumber: Forbes | Editor: Dessy Rosalina
Tuhan memberikan masa depan yang cerah. Ini yang menjadi keyakinan Ravi Pillai. Terlahir sebagai anak petani miskin, Ravi tidak takut bermimpi untuk menjadi pengusaha besar. Tapi, perjalanan bisnis Ravi tak semudah membalikkan tangan.Setidaknya ada dua keputusan besar yang pernah diambil Ravi untuk mengubah nasibnya. Keinginan menjadi pebisnis lahir dalam Ravi ketika masih kecil.
Hidup sebagai anak petani di Kerala, India Selatan, meninggalkan kenangan pahit bagi Ravi. Setiap akhir tahun, keluarga Ravi kesulitan bertahan hidup. Sebab, musim panen masih lama berselang, sedangkan tabungan hasil panen sudah habis.
Pengalaman kesulitan uang inilah yang mendorong Ravi mendirikan usaha 'chit fund'. Ini sejenis institusi keuangan mikro yang populer di India Selatan.
Kala itu, Ravi yang masih berstatus mahasiswa nekat meminjam modal sebesar Rs 100.000. Ini adalah keputusan besar pertama Ravi yang mengubah hidupnya. Meski berstatus pebisnis pemula, insting bisnis Ravi tidak meleset. Berkat jerih payahnya, Ravi sukses meraih keuntungan 15%-20% per bulan dari bisnis 'chit fund'.
Tak puas, Ravi memutuskan beralih ke bisnis lain. Di tahun 1970-an, industri konstruksi mulai menggeliat di Kerala. Ravi pun memutuskan masuk ke bisnis tersebut. Lantaran pengalaman nol di dunia konstruksi, Ravi menggarap proyek subkontrak dari kontraktor utama. Ravi fokus membidik proyek perusahaan energi dan kimia.
Proyek pertama Ravi diantaranya The Fertilisers and Chemicals Travancore Limited, Cochin Refineries hingga Velloor Hindustan Newsprint. Dengan modal nekat, Ravi merekrut beberapa insinyur untuk membantunya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tak lama menggeluti bisnis konstruksi, tantangan berat menghadang Ravi. Saat itu, warga tempat Ravi membangun proyek konstruksi, berunjuk rasa.
Warga pun memaksa Ravi menghentikan pembangunan. Ravi dianggap sebagai pendatang yang merampas pekerjaan warga lokal. Dus, Ravi kehilangan pekerjaan, aset dan harta yang dia miliki. Kekecewaan pun tak terhindarkan. Tapi, Ravi justru mengalami titik balik penting dalam hidupnya. Dengan sedikit modal yang tersisa, Ravi tak menyerah.
Malahan, insting bisnis menuntunnya hijrah ke Arab Saudi. Arab merupakan tempat dimana konstruksi tumbuh pesat. Tahun 1979, Ravi hijrah ke Al Khobar, Arab Saudi. Ravi meyakini, Tuhan menyertai langkahnya di negeri orang. Di Arab, Ravi memulai bisnis dari nol. Maklum, Ravi sama sekali tak memiliki kerabat atau kolega. Ravi mencoba membangu bisnis dengan menggandeng mitra lokal.
Ravi bertemu dan bekerja sama dengan Abdullah Jufan. Namun, kerjasama mereka hanya bertahan dua tahun. Tak menyerah, jabatan tangan Ravi pun berpindah ke Nasser Al-Hajri. Nasser adalah pengusaha konstruksi lokal yang baru mendirikan Nasser Al-Hajri Corporation setahun sebelum kedatangan Ravi ke Arab. Meski menggandeng mitra lokal, Ravi bertarung sengit untuk memenangkan tender proyek.
Sebagai pebisnis baru, Ravi dan Nasser dianggap tidak memiliki kompetisi. Apalagi, di Arab, imigran India populer sebagai pekerja rendahan, semisal juru masak, tukang kebun, atau supir. Akhirnya, keberuntungan memihak Ravi. Di Arab, bisnis konstruksi Ravi berkembang pesat meski banyak merekrut tenaga asal India. "Kami menunjukkan bahwa kami unggul dalam kualitas dan biaya," ujar Ravi seperti dikutip Forbes.