kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.617   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.051   -15,35   -0,19%
  • KOMPAS100 1.106   2,18   0,20%
  • LQ45 772   0,26   0,03%
  • ISSI 289   -0,19   -0,07%
  • IDX30 404   0,55   0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,30   -0,29%
  • IDX80 122   0,02   0,02%
  • IDXV30 130   -0,81   -0,62%
  • IDXQ30 128   0,67   0,53%

Reli Harga Emas Saat Ini Dinilai Lebih Bersifat Spekulatif daripada Investasi Sehat


Rabu, 15 Oktober 2025 / 21:47 WIB
Reli Harga Emas Saat Ini Dinilai Lebih Bersifat Spekulatif daripada Investasi Sehat
ILUSTRASI. Ekonom dan investor kawakan Mark Skousen memperingatkan bahwa reli harga emas saat ini lebih bersifat spekulatif. AFRICA-GOLD/REFINERIES REUTERS/Baz Ratner/File Photo


Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom dan investor kawakan Mark Skousen, yang dikenal karena berhasil memprediksi Black Monday 1987, memperingatkan bahwa reli harga emas saat ini lebih bersifat spekulatif dibandingkan sebagai investasi jangka panjang yang solid.

Dalam wawancara bersama David Lin pada 14 Oktober 2025, Skousen menilai bahwa meski saham-saham pertambangan emas masih menawarkan peluang menarik berkat leverage dan margin keuntungan yang meningkat, harga emas murni telah mencapai level yang tidak berkelanjutan.

Harga Emas Sentuh US$4.200 per Ons

Skousen menyoroti bahwa selisih yang semakin lebar antara harga emas yang terus naik dan biaya produksi yang relatif stabil telah mendorong peningkatan profit bagi perusahaan tambang. Ia bahkan menyebut Kinross Gold sebagai salah satu emiten pilihannya dengan potensi keuntungan kuat.

Baca Juga: Cadangan Emas Italia Tembus Rp4.974 Triliun, Terbesar ke-3 di Dunia

Namun, dengan harga emas yang kini mencapai sekitar US$4.200 per ons, atau naik hampir 55% sepanjang tahun ini, Skousen memperingatkan bahwa aset tersebut sudah berada di wilayah overbought.

“Harga emas di US$4.200 tampak sangat tinggi. Ini lebih merupakan spekulasi ketimbang investasi sehat yang bisa disimpan jangka panjang. Saya berharap koreksi terjadi agar memberikan peluang beli yang lebih baik,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa koreksi harga emas justru akan menjadi kesempatan yang lebih sehat bagi investor untuk kembali mengakumulasi logam mulia tersebut di masa mendatang.

Emas Berpotensi Menuju US$5.000, Tapi Momentum Mulai Melemah

Meski begitu, sebagian analis masih optimistis bahwa momentum kuat emas bisa mendorong harga menuju US$5.000 per ons dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, sejumlah indikator momentum mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan pasar, yang dapat memicu koreksi jangka pendek.

Baca Juga: Emas Cetak Rekor Baru di Atas US$4.200, Didorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS

Kenaikan harga emas juga dipicu oleh perubahan sikap Federal Reserve yang semakin dovish. Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal akan adanya pemangkasan suku bunga, yang diperkirakan sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan kemungkinan pemangkasan lanjutan pada Desember.

Selain itu, ketegangan dagang AS–China yang kembali meningkat serta penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) turut memperkuat permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Penutupan pemerintahan ini juga telah menghentikan publikasi data ekonomi penting, sehingga memperumit pengambilan kebijakan baik di Amerika Serikat maupun di tingkat global.

Selanjutnya: Asing Net Sell Jumbo Rp 1,40 Triliun, Cek Saham yang Banyak Dilepas, Rabu (15/10)

Menarik Dibaca: Apa Penyebab Cuaca Panas hingga Hampir 38°C dan Sampai Kapan? Ini Kata BMKG




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×