Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
HONG KONG. Li Ka-Shing, miliarder asal Hong Kong akan merombak organisasi grup bisnisnya secara besar-besaran. Ia berencana memisahkan aset properti yang mengendap di Cheung Kong Holdings Ltd. (Cheung Kong) dan Hutchinson Whampoa Ltd. (Hutchinson Whampoa).
Ke depan, mayoritas aset properti yang berlokasi di China dan Hong Kong itu akan dikelola oleh Cheung Kong Property.
Ada beberapa tahapan reorganisasi unit bisnis itu. Pertama, Li mendirikan perusahaan CK Hutchinson Holdings Ltd. Lalu, perusahaan anyar itu akan menerbitkan saham baru senilai US$ 24 miliar yang bakal ditawarkan kepada para pemegang saham Hutchinson Whampoa, dengan mekanisme tukar guling alias share swap. Setiap satu saham Hutchinson Whampoa akan ditukar oleh Li dengan 0,684 saham CK Hutchinson.
Adapun, bagi pemegang saham yang tidak ingin menukarkan sahamnya, Li menawarkan harga pembelian saham Hutchinson Whampoa senilai HK$ 85,36 per saham. Tawaran tersebut merupakan harga pembelian yang diajukan miliarder pemilik harta kekayaan senilai US$ 28,2 miliar tersebut pada tanggal 9 Januari 2015.
Menilik dari struktur usahanya, Hutchinson Whampoa adalah entitas bisnis yang bergerak di bidang pelabuhan, ritel, serta operator telekomunikasi. Sementara Cheung Kong adalah perusahaan induk yang mengonsolidasikan seluruh bisnis Li.
Prospek properti suram
Li mengklaim, reorganisasi ini merupakan langkah yang baik bagi Cheung Kong dan Hutchinson Whampoa. Dengan pemisahan unit properti, nilai riil masing-masing perusahaan akan menjadi lebih baik. Pasalnya, Cheung Kong Property akan menjadi entitas yang bakal mengelola seluruh bisnis properti Li.
Setelah itu, Li akan melepas bisnis properti tersebut di bursa saham Hong Kong sehingga terpisah dari induk usaha. "Saya ingin perusahaan berjalan dengan baik. Tidak hanya saat ini, tetapi juga kelak di kemudian hari," tutur Li, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (10/1) lalu.
Lee Wee Liat, analis BNP Paribas yang berbasis di Hong Kong, menilai langkah reorganisasi bisnis tersebut sudah tepat. "Bisnis properti tengah dijauhi investor. Grup Cheung Kong memisahkan bisnis properti karena ingin memisahkan aset yang kurang memiliki prospek," katanya.
Pasar perumahan di Hong Kong memang sedang kurang bergairah setelah pemerintah memperketat aturan di sektor itu sejak tahun 2010. Salah satu aturan yang kurang mendukung bisnis properti adalah pembayaran uang muka properti sebesar 50%.