Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ratusan ribu orang ambil bagian dalam protes anti-austerity di seluruh Prancis pada Kamis (19/9), menuntut Presiden Emmanuel Macron dan Perdana Menteri baru Sebastien Lecornu untuk mendengar kemarahan publik dan membatalkan rencana pemotongan anggaran yang akan datang.
Kelompok yang ikut serta dalam aksi ini meliputi guru, masinis, apoteker, dan tenaga medis. Selain itu, puluhan sekolah menengah di beberapa kota diblokir oleh remaja selama beberapa jam sebagai bagian dari protes.
Sophie Binet, kepala serikat CGT, menegaskan, “Kemarahan sangat besar, begitu pula tekad kami. Pesan saya kepada Pak Lecornu hari ini adalah: anggaran harus ditentukan oleh jalanan.”
Baca Juga: Prancis Bergejolak, Ribuan Warga Turun ke Jalan Menolak Pemangkasan Anggaran
CGT mengklaim sekitar 1 juta orang ambil bagian dalam aksi ini, sementara pihak berwenang memperkirakan jumlahnya sekitar setengahnya.
Serikat Buruh Tekan Pemerintah Soal Anggaran
Perdana Menteri Lecornu tengah berjuang menyusun anggaran 2026 serta membentuk kabinet baru. Ia berjanji untuk kembali bertemu dengan serikat pekerja “dalam beberapa hari ke depan” dan menegaskan bahwa tuntutan yang disuarakan demonstran menjadi bagian penting dari konsultasi yang sedang berlangsung.
Marylise Leon, kepala serikat CFDT, menyatakan, “Ini adalah peringatan jelas kepada Sebastien Lecornu. Kami menginginkan anggaran yang adil secara sosial.”
Lecornu dan Macron menghadapi tekanan ganda: dari demonstran dan partai kiri yang menolak pemotongan anggaran, serta dari investor yang khawatir terhadap defisit ekonomi Prancis, negara terbesar kedua di zona euro. Parlemen saat ini sangat terpecah, dan tidak ada dari tiga kelompok utama yang memiliki mayoritas.
Dampak Protes Terhadap Sekolah dan Transportasi
Sekitar satu dari tiga guru sekolah dasar melakukan mogok di seluruh Prancis, dengan hampir setengah guru di Paris ikut turun ke jalan, menurut serikat FSU-SNUipp.
Transportasi kereta regional terdampak parah, sementara sebagian besar jalur TGV masih beroperasi.
Di Toulon, pengunjuk rasa menahan lalu lintas di jalan raya, sementara di Paris polisi beberapa kali menembakkan gas air mata untuk membubarkan kelompok perusuh yang melemparkan kaleng bir dan batu. Petugas juga menindak mereka yang mencoba menyerang bank.
Baca Juga: Prancis hingga Thailand, Inilah 10 Negara Paling Ramai Dikunjungi Wisatawan 2025
Di kota lain seperti Nantes dan Lyon, terjadi bentrokan kecil yang menyebabkan tiga orang terluka. Secara keseluruhan, lebih dari 180 orang ditangkap, dengan sekitar 80.000 polisi dan gendarme dikerahkan, termasuk unit anti-huru-hara, drone, dan kendaraan lapis baja.
Ketidakpuasan Publik Terhadap Rencana Fiskal
Rencana fiskal pemerintah sebelumnya dianggap kontroversial karena berpotensi meningkatkan ketidakpuasan publik. Defisit anggaran Prancis tahun lalu mendekati dua kali lipat batas 3% UE, sehingga upaya pengurangan defisit menjadi prioritas Lecornu.
Namun, karena membutuhkan dukungan partai lain untuk meloloskan undang-undang, Perdana Menteri baru kemungkinan menghadapi tantangan besar dalam menyusun anggaran untuk 2026.
Pendahulu Lecornu, Francois Bayrou, dicopot oleh parlemen pekan lalu karena rencananya memangkas 44 miliar euro dari anggaran. Lecornu belum menyatakan secara resmi langkah yang akan diambil terhadap rencana Bayrou, tetapi menunjukkan sikap siap untuk melakukan kompromi.