Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - PARIS. Ratusan ribu orang turun ke jalan di berbagai kota Prancis pada Kamis (18/9/2025), menentang rencana penghematan anggaran.
Aksi mogok yang melibatkan guru, masinis kereta, apoteker, hingga tenaga kesehatan ini menekan Presiden Emmanuel Macron dan Perdana Menteri baru Sebastien Lecornu untuk mencabut rencana pemangkasan belanja publik.
Gelombang Protes di Seluruh Negeri
Serikat buruh menyatakan lebih dari 400.000 orang ambil bagian dalam aksi pagi hari, termasuk pemblokiran puluhan sekolah menengah oleh para pelajar.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri mencatat 280.000 orang ikut serta di luar Paris.
“Amarah ini sangat besar, dan begitu pula tekad kami. Pesan saya untuk Tuan Lecornu: anggaran harus ditentukan oleh suara rakyat di jalanan,” ujar Sophie Binet, Ketua Serikat Buruh CGT.
Pemerintah Terhimpit Tekanan
Lecornu kini berusaha menyusun anggaran 2026 di tengah tekanan politik. Di satu sisi, serikat buruh dan partai-partai sayap kiri menolak pemangkasan anggaran.
Di sisi lain, investor mendesak pemerintah mengurangi defisit yang hampir dua kali lipat dari batas 3% PDB Uni Eropa.
Marylise Leon, Ketua Serikat Buruh CFDT, menegaskan protes ini adalah sinyal keras bagi pemerintahan baru.
“Kami menginginkan anggaran yang adil secara sosial,” tegasnya.
Aksi Ganggu Transportasi dan Sekolah
Aksi protes menyebabkan gangguan transportasi, dengan kereta regional terdampak berat meski sebagian besar jalur cepat TGV tetap beroperasi.
Sekitar sepertiga guru sekolah dasar mogok secara nasional, dan hampir setengahnya di Paris.
Demonstrasi juga memicu bentrokan sporadis. Di Paris, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kelompok perusuh berpakaian hitam.
Sementara di Lyon tiga orang dilaporkan terluka. Total lebih dari 140 orang ditangkap sepanjang hari.
Jalan Sulit Susun Anggaran
Lecornu menggantikan Francois Bayrou, perdana menteri sebelumnya yang dilengserkan parlemen pekan lalu karena usulan pemangkasan anggaran €44 miliar.
Meski belum mengumumkan sikap final, Lecornu memberi sinyal akan lebih kompromistis.
Namun, dengan parlemen yang terbelah dan tanpa mayoritas tunggal, upaya menyusun anggaran yang bisa diterima baik oleh publik maupun pasar diperkirakan tidak mudah.