Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebakaran hutan besar yang telah melahap lebih dari 16.000 hektare hutan dan permukiman di Prancis selatan sejak Selasa (5/8) terus menyebar meskipun laju pergerakannya mulai melambat.
Otoritas setempat menyebutkan bahwa api masih belum sepenuhnya terkendali, menjadikannya kebakaran terbesar di Prancis dalam hampir delapan dekade terakhir.
Satu Korban Jiwa dan Ribuan Orang Dievakuasi
Kebakaran yang melanda wilayah Aude, tidak jauh dari perbatasan Spanyol dan Laut Mediterania, telah menewaskan seorang wanita yang dilaporkan mengabaikan perintah evakuasi. Selain itu, puluhan rumah telah hancur, memaksa sekitar 2.000 penduduk dan wisatawan untuk mengungsi ke tempat aman.
Cuplikan drone menunjukkan hamparan tanah hangus seluas satu setengah kali ukuran Paris, dengan asap tebal membumbung di atas area hutan yang terbakar.
Baca Juga: Indonesia dan Prancis Perkuat Kerja Sama di Sektor Transportasi
Dampak Parah di Desa Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse
Salah satu wilayah yang paling terdampak adalah desa Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse. Seorang warga sekaligus petani lokal, Alain Reneau, menggambarkan situasi yang mereka hadapi sebagai bencana total.
"Kami tidak punya air, internet, dan listrik lagi. Kami tidak punya apa-apa. Ini seperti kiamat," ujarnya.
"Kami berhasil menyelamatkan rumah, tapi kami harus bertarung sepanjang malam, selama dua hari penuh."
Angin Kencang dan Kekeringan Mempercepat Penyebaran Api
Kebakaran ini menyebar dengan cepat karena dipicu oleh angin kencang dan vegetasi kering, setelah wilayah tersebut mengalami kekeringan panjang selama beberapa bulan terakhir. Menteri Lingkungan Prancis, Agnès Pannier-Runacher, mengatakan bahwa meskipun api kini menyebar lebih lambat, kondisinya masih sangat serius.
"Ini adalah kebakaran hutan paling besar yang pernah dialami Prancis sejak 1949," ungkapnya dalam wawancara dengan France Info.
"Kebakaran ini merupakan konsekuensi langsung dari perubahan iklim dan kekeringan di wilayah tersebut." ujarnya.
Baca Juga: Kanada Akan Akui Negara Palestina di PBB, Ikuti Jejak Prancis dan Inggris
Lebih dari 2.000 Petugas Pemadam Dikerahkan
Sekitar 2.000 petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk memadamkan api dan mencegah potensi flare-up (nyala ulang). Menurut pejabat lokal, Christian Pouget, meskipun tepi api tidak lagi meluas, kebakaran belum benar-benar padam.
"Pertarungan belum berakhir — api bisa kembali menyala dengan kekuatan lebih besar kapan saja," katanya kepada media.
Korban Luka dan Penyelidikan Penyebab Kebakaran
Sedikitnya 13 orang terluka, termasuk dua korban dalam kondisi kritis, salah satunya adalah petugas pemadam kebakaran. Penyelidikan masih berlangsung untuk menentukan penyebab pasti kebakaran besar ini.
Seorang pensiunan berusia 77 tahun, Simon Gomez, mengaku belum pernah menyaksikan kebakaran sehebat ini sepanjang hidupnya.
"Seumur hidup saya belum pernah melihat kebakaran seperti ini." terangnya.
Baca Juga: Prancis Akan Akui Negara Palestina di PBB, Israel dan AS Murka
Risiko Meningkat di Tengah Gelombang Panas
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa wilayah Mediterania menghadapi risiko tinggi kebakaran hutan akibat musim panas yang semakin panas dan kering. Badan cuaca Prancis memperingatkan bahwa gelombang panas baru diperkirakan akan melanda bagian lain Prancis selatan mulai Jumat, dan berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Meskipun kehilangan sebagian hutan miliknya, Xavier Guille, seorang pemilik kebun anggur lokal, tetap semangat membantu petugas pemadam.
"Kami sedang dalam peperangan, tapi kami akan menang," katanya.
"Kebun anggur saya selamat, tapi mertua saya kehilangan rumah mereka di Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse. Rumah mereka adalah salah satu yang pertama terbakar," katanya.