Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - UISEONG COUNTY, Korea Selatan. Sedikitnya 18 orang tewas akibat kebakaran hutan besar yang melanda wilayah tenggara Korea Selatan.
Ribuan petugas pemadam kebakaran, dibantu oleh militer, dikerahkan untuk mengendalikan salah satu kebakaran hutan terburuk dalam beberapa dekade terakhir di negara itu.
Kebakaran hebat ini menyebar dengan cepat, memaksa lebih dari 27.000 warga mengungsi dari rumah mereka, menurut laporan pemerintah.
Dipicu oleh angin kencang dan cuaca kering, api telah melalap permukiman, menutup sekolah, dan memaksa pihak berwenang memindahkan ratusan narapidana dari penjara.
Baca Juga: Kebakaran Hutan di Korea Selatan Meluas, Korban Tewas Meningkat Jadi 16 Orang
"Kami mengerahkan semua personel dan peralatan yang tersedia untuk menghadapi kebakaran hutan terburuk ini, tetapi situasinya masih sulit," kata Penjabat Presiden Han Duck-soo.
Ia menambahkan bahwa militer Amerika Serikat di Korea Selatan juga turut membantu upaya pemadaman.
Hingga Rabu (26/3) pukul 05.00 waktu setempat (2100 GMT), 14 orang tewas dalam kebakaran yang bermula di Uiseong County, sementara empat korban lainnya berasal dari kebakaran di Sancheong County, menurut Kementerian Keamanan.
Sebagian besar korban berusia 60 hingga 70 tahun, kata Son Chang-ho, pejabat kepolisian setempat.
Kebakaran di Uiseong, yang baru 68% berhasil dikendalikan, terus berkobar dengan intensitas tinggi akibat angin kencang.
"Skala dan kecepatan kebakaran ini benar-benar di luar dugaan," ujar Lee Byung-doo, pakar bencana kehutanan dari National Institute of Forest Science.
Kondisi kering diperkirakan masih akan berlanjut di wilayah terdampak pada Rabu, menurut Kementerian Keamanan.
Baca Juga: Megawati Tak Terbendung! Red Sparks Unggul di Laga Pertama Playoff Liga Voli Korea
Lee menambahkan bahwa perubahan iklim berpotensi meningkatkan frekuensi kebakaran hutan secara global, mengacu pada kebakaran hutan yang tidak biasa di Los Angeles pada Januari dan kebakaran baru-baru ini di timur laut Jepang.
"Kita harus mengakui bahwa kebakaran hutan besar akan semakin sering terjadi, dan untuk itu kita perlu lebih banyak sumber daya serta tenaga ahli yang terlatih," katanya kepada Reuters.
Korea Selatan mengandalkan helikopter untuk memadamkan kebakaran hutan karena kondisi geografisnya yang bergunung-gunung.
Namun, Lee menekankan perlunya pesawat pemadam kebakaran tambahan serta drone yang dapat beroperasi di malam hari.
Badan Kehutanan Korea menyatakan bahwa mereka telah menghentikan operasional seluruh helikopter pemadam kebakaran setelah salah satu unitnya jatuh pada Rabu saat mencoba memadamkan api.
Yonhap News Agency melaporkan bahwa pilot helikopter tersebut tewas dalam kecelakaan tersebut.
Baca Juga: Saham Korea Selatan Melemah, Tekanan dari Sektor Chip Membayangi Reli Produsen Mobil
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan puing-puing yang terbakar berserakan di lereng bukit, dengan bagian badan helikopter yang tampak hancur. Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan.
Badan tersebut menghadapi kendala teknis dengan armada helikopternya, yang sebagian besar merupakan buatan Rusia.
Delapan dari 48 helikopter yang dimiliki telah tidak beroperasi sejak tahun lalu karena kesulitan mendapatkan suku cadang akibat sanksi terhadap Rusia terkait perang di Ukraina, ungkap Yoon Joon-byeong, anggota parlemen dari Partai Demokrat, dalam laporan bulan Oktober.
Juru bicara Badan Kehutanan Korea, Kim Jong-gun, mengatakan bahwa pihaknya berencana menambah helikopter pemadam kebakaran sebagai respons terhadap kritik mengenai kurangnya peralatan dan sumber daya di lapangan.
Pada Rabu, sebanyak 4.919 personel pemadam kebakaran, termasuk ratusan polisi dan unit militer, dikerahkan, dengan dukungan 87 helikopter untuk membantu upaya pemadaman.
Baca Juga: Kebakaran Hutan di Korea Selatan Meluas, Tiga Zona Bencana Baru Ditetapkan
Kebakaran yang bermula pada Sabtu di Uiseong masih belum sepenuhnya terkendali, menghancurkan kuil-kuil kuno dan rumah-rumah penduduk.
Api juga mengancam beberapa situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk Desa Hahoe dan Akademi Konfusianisme Byeongsan di Kota Andong, menurut seorang pejabat kota.
Otoritas setempat telah menyemprotkan bahan pemadam kebakaran untuk melindungi situs-situs bersejarah tersebut.
Sementara itu, Kuil Goun, yang dibangun pada tahun 681, dilaporkan telah hangus terbakar, menurut Yonhap.
Pemerintah telah menetapkan wilayah terdampak sebagai zona bencana khusus dan melaporkan bahwa lebih dari 15.000 hektare (37.065 acre) lahan telah hangus terbakar akibat kebakaran ini.