kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -72,00   -0,44%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

Mengapa Mobil Amerika Gagal Menarik Hati Konsumen Jepang dan Eropa? Ini Penjelasannya


Kamis, 07 Agustus 2025 / 16:45 WIB
Mengapa Mobil Amerika Gagal Menarik Hati Konsumen Jepang dan Eropa? Ini Penjelasannya
ILUSTRASI. Donald Trump sering mengkritik Jepang dan negara-negara Eropa karena dianggap enggan membeli mobil buatan Amerika Serikat. Photographer: Jeff Kowalsky/Bloomberg


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Donald Trump sering mengkritik Jepang dan negara-negara Eropa karena dianggap enggan membeli mobil buatan Amerika Serikat, padahal mobil-mobil dari Asia dan Eropa justru laris di pasar AS.

Meski dalam berbagai perjanjian dagang terbaru tarif dan pengujian keselamatan mulai dilonggarkan untuk mobil AS, penjualan kendaraan asal Detroit tetap tertinggal jauh — dan penyebabnya bukan semata-mata soal hambatan dagang.

Mobil Amerika Dinilai Terlalu Besar dan Boros Bahan Bakar

Di banyak kota di Jepang dan Eropa, jalan-jalan sempit dan tempat parkir yang terbatas membuat mobil-mobil besar seperti Ford F-150 dan Cadillac Escalade tidak praktis. Sementara konsumen lokal lebih memilih kendaraan ramping dan irit seperti Toyota Corolla, Honda Civic, Volkswagen Golf, dan Renault Clio.

“Mobil Amerika didesain untuk jalan lebar dan berkendara di jalan bebas hambatan. Mengemudikannya di jalan sempit Jepang butuh teknik tersendiri,” kata Yumihito Yasue, Presiden Johnan Jeep Petit di Tokyo, yang mengimpor dan memperbaiki mobil-mobil vintage asal AS.

Baca Juga: Tarif Baru Trump Mulai Diterapkan, Siapa yang Aman dan Siapa yang Terancam?

Pasar Terbatas dan Daya Tarik Terbatas

Yasue, yang mewarisi bisnis keluarganya, hanya menjual sekitar 20 mobil Amerika per tahun. Ia menyebut desain sebagai keunggulan utama: “Bentuk bodi mobil Amerika lebih indah dibanding mobil Jepang atau Jerman, terutama garis belakang dan fender-nya.”

Namun, data penjualan menunjukkan kenyataan yang kurang menggembirakan. Dari 3,7 juta mobil baru yang terjual di Jepang tahun lalu, hanya 6% berasal dari merek asing. Dari jumlah itu, hanya sekitar 570 unit Chevrolet, 450 Cadillac, dan 120 Dodge yang berhasil terjual.

Ford bahkan telah keluar dari pasar Jepang sejak hampir satu dekade lalu. Sementara Tesla, meskipun masih tergolong baru, mulai mendapat tempat karena desainnya yang ramping dan modern.

Di Eropa, Nasib Serupa Menimpa Ford dan GM

Di Eropa, mobil-mobil kecil buatan lokal seperti Ford Puma dan Fiesta sempat populer. Namun dalam dua dekade terakhir, fokus Ford dan GM beralih ke kendaraan besar seperti pickup dan SUV yang kurang cocok dengan kebutuhan konsumen Eropa.

Penjualan Ford di Eropa anjlok dari 1,26 juta unit pada 2005 menjadi hanya 426.000 pada 2024, menurut data ACEA. Pangsa pasarnya juga turun dari 8,3% menjadi 3,3%.

Baca Juga: Donald Trump: Tarif Resiprokal Berlaku Tengah Malam Ini!

Sementara itu, General Motors (GM) menjual Opel dan menarik Chevrolet dari Eropa pada 2017. Meskipun GM kembali dengan SUV listrik Cadillac Lyriq, hanya 1.514 unit yang terjual sepanjang tahun lalu.

“Jalanan kami tidak dirancang untuk Ford F-150. Itu bukan yang diinginkan pelanggan kami,” kata Andy Palmer, mantan CEO Aston Martin.

Pasar Korea dan Jepang Didominasi Merek Jerman

Trump juga mendesak Korea Selatan agar membuka pasarnya untuk mobil Amerika. Namun, data menunjukkan kendaraan impor hanya mencakup kurang dari 20% dari total pasar, dan mobil AS hanya 16% dari segmen tersebut—sisanya dikuasai oleh merek Jerman seperti Mercedes-Benz dan BMW, yang juga kuat di pasar Jepang.

Keberhasilan merek Eropa disebut karena mereka lebih berkomitmen terhadap adaptasi produk dan pemasaran jangka panjang di pasar Asia.

Sebaliknya, produsen Amerika sering diasosiasikan dengan mobil setir kiri, yang tidak praktis di negara-negara dengan sistem kemudi kanan seperti Jepang dan Inggris. Beberapa perusahaan AS mulai berubah: sejak 2021, Chevrolet Corvette hanya diproduksi dalam versi setir kanan untuk pasar luar negeri, dan kini 80% pembelinya adalah pelanggan baru.

Jeep: Kisah Sukses Langka Mobil AS di Jepang

Satu-satunya merek Amerika yang cukup sukses di Jepang adalah Jeep, dengan penjualan hampir 10.000 unit tahun lalu. Keberhasilan ini sebagian besar karena Jeep menawarkan model setir kanan dan citra kendaraan yang “outdoorsy” serta berbeda.

Baca Juga: Rupee Diprediksi Stabil Meski Trump Tambah Tarif Impor Barang India

Yukimi Nitta, seorang pemilik salon di Jepang, menyukai Jeep Wrangler karena tampilannya yang unik dan memiliki nilai jual kembali yang tinggi. “Orang-orang sering bilang, ‘Wow, mobil asing!’ Tapi begitu mengemudi, rasanya biasa saja,” ujarnya. Ia bahkan sudah dua kali berganti Jeep dan menginspirasi dua temannya untuk ikut membeli Wrangler.

Jeep juga aktif mengadakan acara komunitas dan berkolaborasi dengan budaya pop, termasuk peluncuran Wrangler edisi pink terbatas hasil kerja sama dengan film “Jurassic World.”

Tantangan Besar untuk Mobil Amerika

Meski Jeep menjadi pengecualian, sebagian besar mobil besar buatan Amerika masih sulit diterima di pasar global seperti Jepang dan Eropa. Selain kendala ukuran dan efisiensi bahan bakar, selera pasar juga mengarah pada mobil yang ramping, hemat energi, dan mudah diparkir.

Daniel Cadwell, seorang warga AS yang tinggal di Tokyo dan mengekspor mobil van Jepang ke AS, menyimpulkan: “Mobil Amerika ukurannya luar biasa besar. Sulit membayangkan kendaraan seperti itu bisa dianggap menarik di Jepang.”

Selanjutnya: Begini Respons Prabowo Terkait Sengketa Indonesia dengan Malaysia di Ambalat

Menarik Dibaca: Ini Rekomendasi Infused Water untuk Diet yang Bantu Turunkan Berat Badan Anda




TERBARU

[X]
×