Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk pertama kalinya dalam seperempat abad, Jepang mengimpor beras dari Korea Selatan sebagai upaya meredam lonjakan harga dan ketidakpuasan konsumen. Pengiriman beras Korea Selatan yang tiba bulan lalu menandai impor pertama sejak tahun 1999, menurut laporan media setempat.
Harga beras produksi lokal di Jepang telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, memicu peningkatan permintaan terhadap beras impor meski dikenai tarif tinggi.
Pada pekan yang berakhir 6 April, harga rata-rata beras di supermarket Jepang mencapai ¥4,214 (sekitar US$30/£22) untuk 5 kg, lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Konsumen Jepang Mulai Terbuka pada Beras Asing
Meski selama ini konsumen Jepang dikenal selektif dan ragu terhadap rasa serta kualitas beras impor—seperti yang terjadi pada beras Thailand yang tidak laku setelah musim dingin ekstrem tahun 1993—krisis harga telah memaksa masyarakat untuk menerima beras asing.
Baca Juga: Populasi Jepang Terjun Bebas, Jadi Ancaman Serius bagi Ekonomi dan Keamanan Nasional
Beras Korea Selatan yang mulai dijual secara daring dan di supermarket baru mencapai dua ton, namun NHK melaporkan akan ada tambahan 20 ton dalam waktu dekat.
Potensi Ekspor Beras Korea dan Amerika
Menurut kantor berita Yonhap, ekspor beras Korea Selatan ke Jepang diperkirakan mencapai level tertinggi sejak 1990. Kondisi ini juga membuka peluang ekspor untuk produsen beras dari Amerika Serikat.
Arata Hirano, pemilik restoran di Tokyo, beralih ke beras Amerika tahun lalu ketika harga beras Jepang melonjak drastis. Meski harga beras California yang digunakannya juga naik dua kali lipat sejak musim panas lalu, biayanya masih lebih murah dari beras lokal.
Sebagai respons terhadap krisis, pemerintah Jepang mengambil langkah langka dengan melepas cadangan beras nasional. Pada bulan Maret, pemerintah mulai merilis 210.000 ton beras cadangan guna menekan harga yang melonjak akibat gelombang panas ekstrem, panic buying, dan masalah distribusi.
Baca Juga: Perdana Menteri Jepang Peringatkan Tarif AS Berpotensi Ganggu Tatanan Ekonomi Global
Kendala Distribusi Hambat Efektivitas Kebijakan
Namun, kebijakan ini terbukti tidak efektif. Kementerian Pertanian Jepang menyatakan bahwa hingga akhir Maret, hanya 426 ton dari total 142.000 ton beras yang dilelang telah mencapai pasar, atau sekitar 0,3 persen.
Hambatan logistik, seperti kekurangan kendaraan pengiriman dan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan beras untuk dijual, menjadi penyebab utama keterlambatan distribusi.
Krisis ini dipicu oleh serangkaian faktor—termasuk suhu panas ekstrem yang merusak hasil panen 2023, meningkatnya konsumsi akibat lonjakan wisatawan, dan panic buying menjelang peringatan bencana seperti topan dan gempa. Kondisi ini bahkan memaksa sejumlah retailer membatasi penjualan beras kepada konsumen.