Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Saham-saham Asia melemah mengikuti pelemahan di Wall Street, sementara harga emas menembus rekor tertinggi baru pada perdagangan Jumat (17/10/2025).
Kekhawatiran terhadap kesehatan bank regional di Amerika Serikat memicu arus modal ke aset aman dan menekan sentimen pasar global.
Saham bank AS Zions merosot 13% setelah mengumumkan kerugian sebesar US$50 juta pada kuartal ketiga akibat dua pinjaman bermasalah dari divisi California.
Baca Juga: AS dan Brasil Sepakat Jadwalkan Pertemuan Trump–Lula dalam Waktu Dekat
Di saat yang sama, Western Alliance turun 11% usai menggugat Cantor Group V, LLC atas dugaan penipuan.
“Meski masalah kedua bank tersebut tampak masih terkendali, di mana ada asap biasanya ada api. Solusi krisis 2023 justru menciptakan bara baru yang bisa memicu gejolak perbankan berikutnya,” ujar analis IG, Tony Sycamore.
Kabar tersebut menekan saham-saham sektor perbankan AS dan melemahkan nilai dolar AS. Sebaliknya, yen Jepang dan franc Swiss menguat seiring meningkatnya minat investor terhadap aset aman.
Baca Juga: Krisis Pasokan Chip Nexperia Ancam Produksi Mobil AS
Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun turun ke level terendah dalam tiga tahun di 3,4040%, dengan pasar kini memperkirakan setidaknya dua kali penurunan suku bunga The Fed lagi tahun ini.
Lonjakan permintaan aset lindung nilai juga mendorong harga emas ke rekor baru di US$4.378 per troy ounce, sebelum akhirnya tertahan oleh aksi ambil untung.
Sepanjang pekan ini, emas tercatat menguat 7,6%, kenaikan mingguan terbesar sejak awal 2020. Harga perak juga ikut mencetak rekor baru.
Futures S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 0,3% menjelang rilis laporan keuangan sejumlah bank regional AS. Sementara itu, kontrak berjangka saham Eropa terkoreksi 0,7% dan FTSE Inggris turun 0,9%.
Baca Juga: Emas Kian Mengilap Jumat (17/10) Pagi, Raup Kinerja Mingguan Terbaik dalam 17 Tahun
Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China turut menekan sentimen pasar. Beijing pada Kamis (16/10) menuduh Washington menebar kepanikan atas kebijakan ekspor logam tanah jarang, menolak seruan Gedung Putih untuk mencabut pembatasan tersebut.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9%, menyeret kinerjanya ke wilayah negatif untuk pekan ini.
Indeks Nikkei Jepang juga melemah 1% akibat anjloknya saham-saham perbankan. Saham Taiwan terkoreksi 0,9% meski TSMC mencatat laba kuartalan tertinggi sepanjang sejarah dan memberikan prospek positif untuk belanja chip kecerdasan buatan (AI).
Di China daratan dan Hong Kong, indeks blue chip dan Hang Seng masing-masing turun 1,4%.
Baca Juga: Indeks Dolar Menuju Penurunan Mingguan Terbesar pada Jumat (17/10)
Di pasar valuta asing, dolar AS melemah 0,6% terhadap sejumlah mata uang utama ke level 98,24, posisi terendah dalam sepuluh hari.
Yen Jepang dan franc Swiss masing-masing menguat 0,7% dan 0,9% sepanjang pekan ini.
Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan pihaknya akan mencermati data ekonomi terbaru sebelum memutuskan kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan ini.
Sementara di ranah politik, pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Sanae Takaichi masih berupaya menggalang dukungan untuk pemilihan perdana menteri yang dijadwalkan pekan depan.
Pasar obligasi AS mencatat penguatan tiga pekan beruntun. Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 3,959% dan telah merosot 10 bps sepanjang pekan ini.
Baca Juga: Trump–Putin Siap Bertemu di Budapest: Perdamaian atau Strategi Baru Kremlin?
Sementara itu, harga minyak memperpanjang pelemahan setelah anjlok 1% sehari sebelumnya.
Penurunan terjadi usai Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat bertemu di Hungaria untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Harga minyak mentah AS (WTI) turun 0,7% menjadi US$57,04 per barel, sedangkan minyak Brent melemah 0,7% ke US$60,63 per barel.