Sumber: The Guardian,The Guardian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank of England kembali memangkas suku bunga acuannya untuk kelima kalinya dalam satu tahun terakhir, di tengah kekhawatiran yang meningkat terhadap pelemahan ekonomi Inggris.
Namun, di saat yang sama, bank sentral memperingatkan bahwa inflasi bisa kembali melonjak hingga 4%, terutama akibat kenaikan tajam harga pangan.
Pemangkasan Suku Bunga Disetujui dengan Selisih Tipis
Dalam keputusan paling ketat sejak Bank of England memperoleh independensinya lebih dari 25 tahun lalu, Komite Kebijakan Moneter (MPC) memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin menjadi 4%. Pemangkasan ini menandai level suku bunga terendah sejak Maret 2023.
Baca Juga: Manufaktur Inggris Mulai Bangkit, PMI Juli Tunjukkan Sinyal Pemulihan
Keputusan ini tidak mudah—MPC harus menggelar dua kali pemungutan suara sebelum mencapai kesepakatan. Lima anggota, termasuk Gubernur Bank of England Andrew Bailey, mendukung pemangkasan, sementara empat lainnya memilih mempertahankan suku bunga.
"Kami memangkas suku bunga hari ini, namun ini adalah keputusan yang sangat seimbang," kata Bailey. “Suku bunga masih berada pada jalur penurunan, tetapi pemangkasan selanjutnya harus dilakukan secara bertahap dan hati-hati.”
Tekanan Inflasi dari Harga Pangan yang Melonjak
Bank of England menyampaikan bahwa meskipun ekonomi domestik sedang melemah dan pengangguran meningkat, tekanan inflasi justru bertambah—khususnya dari kenaikan harga pangan.
Dalam proyeksi terbarunya, bank memprediksi inflasi bisa naik hingga 4% pada September 2025, dua kali lipat dari target resmi pemerintah. Inflasi baru akan turun di bawah 3% pada pertengahan 2026, dan diperkirakan mencapai target 2% pada tahun 2027.
Lonjakan harga bahan makanan dipicu oleh gangguan iklim global yang mempengaruhi harga komoditas penting seperti cokelat dan kopi. Namun, faktor domestik juga berperan. Bank mencatat bahwa biaya tenaga kerja dan biaya daur ulang kemasan yang meningkat—akibat kebijakan pemerintah—telah mendorong supermarket untuk menaikkan harga.
“Selain harga komoditas global, biaya tenaga kerja domestik saat ini menjadi pendorong utama inflasi harga pangan,” ungkap Bank.
Baca Juga: Kanada Akan Akui Negara Palestina di PBB, Ikuti Jejak Prancis dan Inggris
Kebijakan Fiskal Dinilai Menambah Beban
Kebijakan ekonomi pemerintah juga mendapat sorotan. Menteri Keuangan Rachel Reeves mendapat tekanan atas kenaikan pajak sebesar £25 miliar, termasuk kontribusi asuransi nasional (NICs) dari pemberi kerja dan kenaikan upah minimum sebesar 6,7% mulai April lalu.
Pelaku usaha memperingatkan bahwa kebijakan ini akan memaksa mereka memangkas tenaga kerja dan menaikkan harga barang. Data resmi menunjukkan bahwa tingkat pengangguran naik, dan ekonomi Inggris mengalami kontraksi pada April dan Mei. Sementara itu, inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan, mencapai 3,6% pada Juni 2025.