Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW/KYIV. Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump akan mengadakan pertemuan dalam beberapa hari mendatang.
Pertemuan ini menyusul meningkatnya tekanan dari Trump agar Rusia segera mengakhiri perang di Ukraina yang telah berlangsung selama 3,5 tahun.
Pengumuman ini disampaikan sehari setelah utusan Trump, Steve Witkoff, bertemu dengan Putin di Moskow dalam pembicaraan tertutup selama tiga jam.
Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia dan negara-negara yang membeli ekspor Rusia, termasuk tarif baru terhadap India karena membeli minyak Rusia.
Baca Juga: Trump dan Zelenskiy Bersitegang, Ukraina Terancam dalam Perang Melawan Rusia
Ia juga menyebut China sebagai calon target bea tambahan, meski belum ada keputusan final menjelang batas waktu Jumat.
Ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa Rusia dan AS telah menyepakati pertemuan puncak Putin-Trump. Meski Putin menyebut Uni Emirat Arab sebagai lokasi yang "cocok" untuk pertemuan, ia belum mengonfirmasi tempat pelaksanaan secara resmi.
Jika pertemuan ini terlaksana, maka ini akan menjadi pertemuan pertama antara pemimpin AS dan Rusia sejak pertemuan Putin dan Presiden Joe Biden di Jenewa pada Juni 2021. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, hubungan Rusia dan Barat memburuk tajam.
Isu Format Pertemuan dan Kekhawatiran Ukraina
Menurut laporan The New York Times, Trump telah menginformasikan para pemimpin Eropa bahwa ia berencana bertemu dengan Putin, diikuti dengan pertemuan trilateral yang melibatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Baca Juga: Trump Sebut Zelenskiy Diktator, Peringatkan Ukraina di Ambang Kehancuran
Namun, rencana ini menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan Eropa, mengingat pandangan Trump yang dianggap lebih lunak terhadap Rusia.
Zelenskiy menegaskan pentingnya keterlibatan Eropa dalam proses perdamaian.
Dalam pernyataan melalui platform X (dulu Twitter), ia menyatakan bahwa perang terjadi di Eropa dan bahwa Ukraina, sebagai calon anggota Uni Eropa, layak mendapat dukungan penuh dalam perundingan.
“Perang ini harus diakhiri dengan perdamaian yang bermartabat. Hasil perundingan akan menentukan lanskap keamanan Eropa selama puluhan tahun,” tegasnya.
Baca Juga: Putin Keluarkan Peringatan Mengerikan Negara-Negara Eropa Jika Perang Nuklir Meletus
Zelenskiy juga memperingatkan bahwa Rusia belum menunjukkan niat untuk melakukan gencatan senjata dan menuntut adanya konsekuensi nyata jika Moskow terus menghambat upaya perdamaian.
Menurut Ushakov, Witkoff telah menyampaikan gagasan pertemuan trilateral antara Trump, Putin, dan Zelenskiy. Namun, Rusia memilih tidak memberikan tanggapan resmi terhadap usulan tersebut.
Putin sendiri menyatakan bersedia bertemu Zelenskiy, tetapi mengklaim bahwa kondisi untuk pertemuan semacam itu "belum terpenuhi".
Baca Juga: Putin Keluarkan Peringatan Mengerikan Negara-Negara Eropa Jika Perang Nuklir Meletus
Rusia menyatakan bahwa hubungan dengan AS "di bawah nol" selama pemerintahan Biden, tetapi menyambut potensi hubungan yang lebih saling menguntungkan jika Trump kembali menjabat.
“Hubungan Rusia-Amerika dapat dibangun kembali dengan pendekatan yang sama sekali berbeda dan saling menguntungkan,” ujar Ushakov mengutip isi pembicaraan antara Putin dan Witkoff.