Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali membuat pernyataan mengkhawatirkan terkait potensi perang nuklir yang melibatkan Eropa.
Dalam peringatan terbarunya, ia menegaskan bahwa negara-negara Eropa pada dasarnya tidak memiliki kemampuan pertahanan yang memadai jika terjadi serangan rudal nuklir—berbeda dengan Amerika Serikat dan Rusia yang telah membangun sistem peringatan dini.
NATO Desak Eropa Tingkatkan Belanja Pertahanan
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan NATO, terutama setelah Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, menyerukan peningkatan signifikan dalam belanja pertahanan.
Mengutip Unilad, Rutte, yang sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda, mendorong negara-negara anggota untuk memenuhi target anggaran pertahanan sebesar 5% dari PDB—sebuah usulan yang sebelumnya digaungkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Mantan Bos CIA Ungkap Negara Eropa Berikutnya yang Bakal Diserang Putin
“Mesin perang Putin semakin cepat, bukan melambat,” ujar Rutte dalam pertemuan di London. Ia menambahkan, “Berpikir positif saja tidak akan membuat kita aman. Harapan bukanlah strategi.”
Peringatan Keras dari Putin: “Eropa Tak Memiliki Sistem Peringatan Dini”
Dalam forum ekonomi internasional di St. Petersburg, Putin memberikan peringatan tegas terkait kemungkinan eskalasi konflik ke tingkat nuklir.
Mengutip saran dari pakar politik Rusia, Sergei Karaganov, yang menyerukan peningkatan eskalasi nuklir, Putin menyatakan bahwa meskipun dunia telah ketakutan dengan ancaman perang nuklir, Eropa seharusnya merasa jauh lebih takut.
“Jika, semoga tidak terjadi, kita sampai pada tahap serangan, semua orang harus menyadari bahwa Rusia memiliki sistem peringatan dini serangan rudal. AS memilikinya. Tapi Eropa tidak,” tegas Putin. “Mereka pada dasarnya tidak memiliki pertahanan dalam konteks ini.”
Lebih lanjut, Putin meragukan apakah AS akan benar-benar membalas jika Rusia dan Eropa saling menyerang menggunakan senjata strategis. “Saya sangat meragukan hal itu. Orang Eropa seharusnya memikirkannya baik-baik,” katanya.
Namun ia menegaskan, Rusia tidak memiliki kebutuhan untuk memulai eskalasi tersebut karena kekuatan konvensionalnya sudah sangat unggul.
Baca Juga: Putin: Microsoft dan Zoom Harus 'Dicekik' karena Masih Raup Untung di Rusia
Ancaman Laten: Sabotase dan Serangan Siber
Mantan kepala pasukan Inggris di Afghanistan, Kolonel Richard Kemp, memperingatkan bahwa keterlibatan lebih jauh NATO dalam perang di Ukraina dapat memicu reaksi keras dari Rusia.
Dalam wawancara dengan LADbible, Kemp menyatakan bahwa Moskow bisa saja menyerang negara anggota NATO secara langsung—bukan dengan invasi tank, tetapi melalui rudal, sabotase, atau serangan siber yang intensif.
“Putin tidak harus menggerakkan tank ke Eropa Barat untuk menyerang. Ia memiliki orang-orang di seluruh Eropa yang siap melancarkan serangan sabotase dan siber, yang sejauh ini masih terjadi secara berkala,” jelasnya.
Sebuah studi tahun 2022 mengungkapkan bahwa perang nuklir selama satu minggu antara Rusia dan negara-negara Barat dapat menewaskan sekitar 360 juta orang secara langsung. Lebih mengerikan lagi, diperkirakan 5 miliar dari 8 miliar populasi dunia bisa tewas akibat kelaparan yang ditimbulkan oleh dampak nuklir terhadap pertanian dan rantai pasokan global.