kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Trump Sebut Zelenskiy Diktator, Peringatkan Ukraina di Ambang Kehancuran


Kamis, 20 Februari 2025 / 17:09 WIB
Trump Sebut Zelenskiy Diktator, Peringatkan Ukraina di Ambang Kehancuran
ILUSTRASI. Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial pada Rabu (20/2), menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai seorang diktator. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/KYIV. Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial pada Rabu (20/2), menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai seorang "diktator" dan memperingatkan bahwa ia harus segera mengupayakan perdamaian atau berisiko kehilangan negaranya.

Pernyataan ini memperdalam ketegangan antara kedua pemimpin dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Eropa.

Trump Tuduh Ukraina sebagai Penyebab Invasi Rusia

Sehari sebelum komentar pedasnya terhadap Zelenskiy, Trump menyatakan bahwa Ukraina bertanggung jawab atas invasi Rusia pada 2022. Sikap ini menuai kecaman luas, terutama dari sekutu-sekutu Amerika Serikat di Eropa yang khawatir bahwa pendekatan Trump terhadap penyelesaian konflik justru dapat menguntungkan Moskow.

Trump telah mengubah kebijakan AS terhadap perang ini hanya dalam waktu kurang dari sebulan sejak menjabat kembali. Ia menghentikan upaya isolasi Rusia dengan mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Vladimir Putin serta melangsungkan pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Rusia yang mengesampingkan Ukraina.

Baca Juga: DOGE Dividend: Elon Musk Usulkan Cek Refund Pajak US$ 5.000 untuk Wajib Pajak AS

Serangan Trump terhadap Zelenskiy

Melalui unggahan di media sosial, Trump menulis: "Seorang diktator tanpa pemilu, Zelenskiy lebih baik bergerak cepat atau ia tidak akan memiliki negara lagi."

Menanggapi pernyataan tersebut, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerah. "Kami akan mempertahankan hak kami untuk eksis," ujar Sybiha di platform X.

Dalam pidatonya di hadapan para investor di Miami, Trump kembali mengkritik Zelenskiy, menuduhnya sengaja memperpanjang perang demi mempertahankan aliran bantuan militer AS.

Zelenskiy sendiri menolak klaim Trump mengenai rendahnya tingkat dukungan terhadapnya. Trump sebelumnya menyebut bahwa popularitas Zelenskiy hanya berada di angka 4%, yang menurut Zelenskiy merupakan propaganda Rusia.

Survei terbaru dari Kyiv International Institute of Sociology menunjukkan bahwa 57% warga Ukraina masih menaruh kepercayaan kepada Zelenskiy.

Reaksi Internasional terhadap Pernyataan Trump

Sejumlah pemimpin dunia mengecam pernyataan Trump. Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menegaskan bahwa Zelenskiy menjabat setelah pemilu yang sah.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut tudingan Trump sebagai "keliru dan berbahaya," sementara Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, menyatakan bahwa konflik Ukraina harus diselesaikan dengan syarat yang ditetapkan oleh Ukraina, bukan Rusia.

Baca Juga: Tak Hanya Trump, Rusia Juga Inginkan Sumber Daya Alam Ukraina

Pemimpin oposisi Australia, Peter Dutton, turut mengecam pernyataan Trump dengan mengatakan: "Saya pikir Presiden Trump salah. Ukraina adalah negara demokratis, dan ini adalah perjuangan peradaban. Vladimir Putin adalah seorang diktator pembunuh, dan kita tidak boleh memberinya celah."

Di dalam negeri, beberapa anggota Partai Republik juga tidak sependapat dengan Trump. Namun, mereka enggan mengkritik Trump secara langsung. Pemimpin Mayoritas Senat AS, John Thune, menyatakan bahwa Trump perlu "ruang" untuk menegosiasikan kesepakatan perdamaian.

Eropa di Persimpangan Jalan

Seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap Ukraina, Eropa semakin waspada terhadap manuver Trump.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas langkah-langkah strategis guna memperkuat pertahanan Eropa dan mendukung Ukraina. Keduanya dijadwalkan akan mengunjungi Washington pekan depan untuk membahas kebijakan AS terhadap konflik ini.

Di tengah ketidakpastian ini, Zelenskiy telah mengajukan proposal yang memungkinkan perusahaan-perusahaan AS mengekstraksi mineral berharga di Ukraina sebagai imbalan atas jaminan keamanan dari Washington. Namun, ia menolak proposal AS yang mengharuskan Ukraina menyerahkan 50% dari sumber daya mineral kritisnya, termasuk litium.

Sementara itu, Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-16 terhadap Rusia, mencakup pembatasan terhadap aluminium dan kapal yang mengangkut minyak Rusia. Langkah ini bertujuan untuk menekan Moskow agar menghentikan agresinya.

Trump dan Putin Siap Bertemu

Di tengah spekulasi mengenai langkah Trump berikutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Ukraina tidak akan dikesampingkan dalam negosiasi perdamaian. Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan pembicaraan sangat bergantung pada tingkat kepercayaan antara Moskow dan Washington.

Baca Juga: Perintah Eksekutif Baru Trump Membuatnya Jadi Presiden Terkuat dalam Sejarah AS

Putin juga mengonfirmasi bahwa ia dan Trump berencana untuk bertemu dalam waktu dekat. Pembicaraan ini semakin memperkuat kekhawatiran di kalangan pemimpin Eropa bahwa kesepakatan antara AS dan Rusia dapat mengabaikan kepentingan keamanan Ukraina.

Zelenskiy sendiri menegaskan bahwa negaranya akan terus mengandalkan persatuan Eropa dan pragmatisme Amerika dalam upaya mempertahankan kedaulatannya. Ia memperingatkan bahwa keputusan AS akan sangat menentukan masa depan Ukraina dan stabilitas geopolitik global.

Selanjutnya: Presiden Prabowo Dikabarkan Terbitkan Surpres Revisi UU Polri, Ini Kata DPR

Menarik Dibaca: FedEx Perkenalkan Collaborative Shipping Tool untuk Meningkatkan Proses Impor



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×