Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengaku ragu dengan rencana perdamaian Perang Ukraina yang selalu dibanggakan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump.
Selama masa kampanye, Trump kerap meyakinkan para pendukungnya bahwa pemerintahannya mampu menghentikan perang Ukraina dalam sekejap. Sayangnya, Trump tidak mampu memberikan rincian yang jelas tentang rencana tersebut.
Dari Ukraina, Zelenskyy pun menegaskan bahwa dirinya tidak mengetahui rincian rencana Trump. Zelenskyy pun ragu proses penghentian cepat akan memberikan keuntungan bagi Ukraina.
"Jika hanya cepat, itu berarti kerugian bagi Ukraina. Saya belum mengerti bagaimana ini bisa terjadi dengan cara lain. Mungkin kita tidak tahu sesuatu, tidak tahu apa-apa," kata Zelenskyy hari Kamis (7/11), dikutip Reuters.
Baca Juga: Habiskan US$15,9 Miliar, Pemilu Presiden 2024 Jadi Pemilu Termahal dalam Sejarah AS
Zelenskyy jadi salah satu pemimpin negara pertama yang mengucapkan selamat kepada Trump setelah penghitungan suara elektoral muncul pada hari Kamis. Zelenskyy berbicara melalui telepon dengan Trump untuk mengucapkan selamat.
Meskipun demikian, Trump diprediksi tidak akan semurah hati Joe Biden dalam memberikan dukungan kepada Ukraina. Selama kampanye, Trump mengkritik skala dukungan militer dan keuangan AS untuk Ukraina dan berjanji untuk segera mengakhiri perang.
AS menjadi sekutu terpenting Ukraina selama perang dengan Rusia berlangsung sejak Februari 2022 lalu.
"Kita harus bersiap untuk setiap keputusan. Kita menginginkan akhir yang adil bagi perang. Saya yakin bahwa akhir perang yang sudah dekat berarti kerugian," kata Zelenskyy.
Baca Juga: Vladimir Putin Ucapkan Selamat kepada Donald Trump dan Buka Peluang Dialog
Tonton: Siapapun Pemenang Pemilu AS, Putin Tidak Terburu-buru untuk Akhiri Perang Ukraina
Zelenskyy menentang gagasan gencatan senjata dalam perang tanpa jaminan keamanan. Zelenskyy menghendaki adanya jaminan keamanan untuk mencegah Rusia melancarkan serangan yang lebih besar di kemudian hari.
Baginya, gencatan senjata bukanlah solusi dan hanya omong-kosong yang menguntungkan Rusia.
"Pertama gencatan senjata, lalu kita lihat saja nanti. Siapakah kalian? Apakah anak-anak kalian sedang sekarat? Gencatan senjata diusulkan, misalnya oleh seorang pemimpin yang menentang Ukraina bergabung dengan NATO. Bayangkan, ini omong kosong dan tidak harmonis," ujarnya.