Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE), menyatakan melalui akun X (sebelumnya Twitter) bahwa ia akan "berkonsultasi dengan Presiden" Donald Trump mengenai proposal pemberian cek refund pajak sebesar US$5.000 kepada wajib pajak AS.
Proposal yang dikenal dengan sebutan 'DOGE Dividend' ini pertama kali diusulkan oleh James Fishback, CEO Azoria Investment Firm, dengan tujuan mendistribusikan kembali 20% dari total penghematan yang dicapai oleh DOGE hingga tahun 2026 kepada rumah tangga yang membayar pajak.
Penjelasan 'DOGE Dividend'
Proposal 'DOGE Dividend' mengusulkan bahwa sekitar 20% dari penghematan pemerintah yang diproyeksikan mencapai US$2 triliun dialokasikan untuk refund pajak.
Dalam rencana ini, hanya rumah tangga yang merupakan pembayar bersih pajak penghasilan federal yang memenuhi syarat untuk menerima cek refund sebesar US$5.000. Hal ini membedakannya dari pembayaran stimulus selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020, yang berdasarkan ambang batas pendapatan tanpa mempertimbangkan kontribusi pajak.
Baca Juga: Dampak Kebijakan Pro-Kripto Donald Trump dalam 30 Hari Pertamanya sebagai Presiden AS
Menurut data dari Tax Policy Center, sekitar 40,1% pembayar pajak di AS tidak membayar pajak penghasilan federal. Dengan demikian, hanya sekitar 59,9% dari 132 juta rumah tangga di AS yang berpotensi memenuhi syarat untuk menerima refund, sebagaimana dilaporkan oleh platform komentar keuangan The Kobeissi Letter pada 20 Februari 2025.
Proposal ini bertujuan untuk meningkatkan moral masyarakat, mendorong partisipasi tenaga kerja, serta memberikan penghargaan kepada pembayar pajak atas kontribusinya. Hal ini berbeda dengan program stimulus luas yang sebelumnya diberikan tanpa mempertimbangkan kewajiban pajak individu.
Dampak Potensial terhadap Pasar dan Ekonomi
Proposal ini telah dibandingkan dengan program stimulus pandemi COVID-19 yang menyalurkan dana sebesar US$4 triliun, yang turut berkontribusi terhadap lonjakan inflasi di AS.
Namun, perbedaan utama dari 'DOGE Dividend' adalah sumber pendanaannya. Alih-alih menggunakan belanja defisit, program ini akan didanai dari hasil penghematan anggaran pemerintah.
Meskipun demikian, para ekonom memperingatkan bahwa alokasi dana sebesar US$400 miliar dari penghematan pemerintah ke kantong konsumen dapat mendorong permintaan dan berpotensi meningkatkan tekanan inflasi.
Saat ini, tingkat tabungan pribadi di AS berada pada angka historis terendah, sekitar 4%. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa sebagian besar dana dari program ini akan langsung dibelanjakan alih-alih disimpan.
Baca Juga: Donald Trump Akhirnya Bongkar Peran Sebenarnya Elon Musk di Pemerintahan AS
Peningkatan belanja konsumen dapat memberikan dorongan jangka pendek bagi industri ritel dan jasa, tetapi juga berisiko memperburuk tekanan inflasi yang sudah ada.
Klaim Penghematan oleh DOGE dan Kontroversi
Meskipun Musk menunjukkan ketertarikan untuk mendiskusikan proposal ini dengan Trump, tingkat penghematan aktual yang diklaim oleh DOGE masih menjadi bahan perdebatan.
Saat ini, DOGE mengklaim telah berhasil menghemat sekitar US$55 miliar melalui berbagai inisiatif pemangkasan biaya, termasuk renegosiasi kontrak, penjualan aset, dan pengurangan tenaga kerja.
Namun, laporan dari Bloomberg menunjukkan bahwa hanya US$16,6 miliar dari klaim tersebut yang dapat diverifikasi. Sementara itu, The New York Times menemukan beberapa kasus dugaan pembesaran angka, termasuk revisi kontrak senilai US$8 miliar yang ternyata hanya bernilai US$8 juta.