Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Risiko kanker meningkat seiring bertambahnya usia, namun penelitian terbaru mengungkapkan bahwa setelah usia 80 tahun, risiko tersebut justru menurun.
Penelitian ini menawarkan wawasan baru tentang bagaimana proses penuaan mempengaruhi perkembangan kanker dan bagaimana perubahan dalam fungsi sel dapat memainkan peran penting dalam hal ini.
Fenomena Risiko Kanker pada Lansia
Pada umumnya, risiko kanker terus meningkat pada usia 60 hingga 70 tahun, seiring dengan penumpukan mutasi genetik yang terjadi sepanjang hidup. Namun, data terbaru menunjukkan adanya penurunan risiko kanker setelah seseorang melewati usia sekitar 80 tahun.
Fenomena ini menjadi topik utama dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan internasional yang fokus pada pemahaman mekanisme biologis di balik penurunan risiko kanker pada usia lanjut.
Baca Juga: Jalan Kaki Satu Jam Setiap Hari Dapat Menambah Enam Jam Umur Anda
Peran Sel Punca Alveolar Tipe 2 (AT2) pada Paru-paru
Mengutip sciencealert, penelitian ini, yang difokuskan pada kanker paru-paru, mempelajari perilaku sel punca alveolar tipe 2 (AT2) pada tikus. Sel AT2 ini berperan penting dalam regenerasi paru-paru, dan merupakan tempat awal bagi banyak jenis kanker paru-paru.
Melalui penelitian tersebut, ditemukan bahwa tikus yang lebih tua menunjukkan kadar protein NUPR1 yang lebih tinggi. Protein ini berperan dalam pengaturan metabolisme sel dan memengaruhi kemampuan sel untuk memperbaharui dirinya sendiri.
Pada tikus yang lebih tua, tingginya kadar NUPR1 menyebabkan sel-sel tersebut berfungsi seolah-olah mereka kekurangan zat besi, meskipun sebenarnya mereka memiliki kadar zat besi yang lebih tinggi.
Keadaan ini membatasi laju regenerasi sel, yang berdampak pada pembatasan pertumbuhan sel sehat dan pembentukan tumor kanker. Penurunan kemampuan regenerasi sel ini berkontribusi pada penurunan risiko kanker yang terjadi pada usia lanjut.
Baca Juga: Wanita Tua Ini Terkejut, Batu Ganjalan Pintu Rumahnya Ternyata Bernilai Rp 16 Miliar
Temuan pada Sel Manusia
Penelitian yang sama juga melibatkan sel manusia dan menunjukkan hasil yang serupa. Kadar NUPR1 yang tinggi menyebabkan penurunan ketersediaan zat besi pada sel, yang kemudian menghambat kemampuan pertumbuhan sel.
Ketika kadar NUPR1 diturunkan atau kadar zat besi ditingkatkan secara artifisial, kemampuan pertumbuhan sel meningkat kembali, memberikan petunjuk baru bagi potensi pengobatan kanker.
Salah satu implikasi penting dari temuan ini adalah potensi pengembangan pengobatan kanker yang dapat menargetkan metabolisme zat besi, terutama pada orang yang lebih tua. Sebagai contoh, penelitian ini dapat membuka jalan untuk pengobatan yang dapat memperbaiki kapasitas paru-paru pada individu yang mengalami efek jangka panjang dari infeksi COVID-19.
Selain itu, temuan ini juga berimplikasi pada pengembangan pengobatan kanker yang berbasis pada kematian sel ferroptosis, yang dipicu oleh zat besi. Kematian sel ini lebih jarang terjadi pada sel-sel yang lebih tua karena adanya kekurangan fungsi zat besi.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa sel-sel tua lebih resisten terhadap pengobatan kanker yang memanfaatkan ferroptosis.
Baca Juga: Minum Teh atau Kopi Setiap Hari Dapat Mengurangi Risiko Kanker Mulut dan Tenggorokan
Implikasi untuk Pencegahan Kanker
Temuan ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana pencegahan kanker sebaiknya difokuskan pada pencegahan faktor risiko di usia muda.
Peneliti menekankan pentingnya mencegah anak muda terpapar faktor karsinogenik, seperti merokok dan paparan sinar ultraviolet (UV), yang terbukti berisiko tinggi menyebabkan kanker di usia yang lebih muda.
Menurut Tuomas Tammela, seorang ahli biologi kanker dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center, pencegahan pada usia muda kemungkinan jauh lebih penting daripada yang kita duga sebelumnya, mengingat fakta bahwa kejadian kanker yang terjadi pada usia muda lebih berisiko dan berbahaya dibandingkan dengan kanker yang berkembang di usia lanjut.
Masa Depan Pengobatan Kanker yang Lebih Personal
Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan pengobatan kanker yang lebih personal. Faktor usia, jenis kanker, dan kondisi medis lainnya harus dipertimbangkan untuk mengembangkan terapi yang lebih efektif.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Metode Memasak Brokoli yang Lebih Sehat untuk Pengendalian Gula Darah
Dengan meningkatnya pemahaman tentang bagaimana penuaan mengubah biologi kanker, pengobatan dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana penuaan memengaruhi perkembangan kanker, temuan ini membuka potensi baru dalam strategi pengobatan kanker di berbagai tahap kehidupan.
Melalui riset yang lebih mendalam, kita dapat berharap untuk mengembangkan terapi yang lebih efektif, terutama dalam menargetkan sel-sel kanker yang lebih resisten pada individu yang lebih tua.