kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia mengusir 59 diplomat dari 23 negara


Sabtu, 31 Maret 2018 / 09:30 WIB
Rusia mengusir 59 diplomat dari 23 negara


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Sehari setelah mengusir 60 diplomat Amerika Serikat (AS), Rusia bergegas melaksanakan ancamannya yang ditujukan bagi negara-negara lain yang mengusir diplomat Rusia.

Mengutip Reuters, Jumat (30/3), Rusia telah mengusir 59 diplomat dari 23 negara sebagai tanggapan atas aksi 23 negara yang bergabung dengan AS dan Inggris mengusir diplomat Rusia.

Kementerian Luar Negeri Rusia memang tak main-main. Dalam sehari, kantor yang dipimpin oleh Sergey Lavrov ini memanggil pejabat keduataan senior dari Australia, Albania, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Belanda, Kroasia, Ukraina, Denmark, Irlandia, Spanyol, Estonia, Latvia, Lithuania, Macedonia, Moldova, Rumania, Finlandia, Norwegia, Swedia, Kanada, dan Republik Ceko.

Dalam pertemuan tersebut, Rusia langsung menyatakan bahwa sejumlah diplomat dari 23 negara akan diusir dari Rusia. Jumlah masing-masing diplomat yang diusir akan disamakan dengan jumlah diplomat Rusia yang diusir dari 23 negara tersebut.

Sehari sebelumnya, Moskow memerintahkan pengusiran 60 diplomat AS dan penutupan konsulat AS di St Petersburg, kota kedua Rusia, sebagai pembalasan atas lontaran terbesar para diplomat sejak Perang Dingin.

Tak berhenti sampai 23 negara, Kremlin juga akan mengusir diplomat dari empat negara lain, yakni Belgia, Hungaria, Georgia dan Montenegro. Keempat negara ini belakangan juga mengusir diplomat Rusia.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan setelah Rusia mengumumkan pengusiran pada Kamis (29/3) malam bahwa AS tengah mempertimbangkan beberapa opsi untuk menanggapi lebih lanjut. Departemen luar negeri AS menyatakan, bahwa pengusiran diplomat AS oleh Rusia menunjukkan Moskow tidak tertarik dalam diplomasi.

Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, dalam jumpa pers pada hari Jumat menyatakan, tidak setuju dengan penilaian AS. Ia menyatakan, pemerintahan Putin masih membuka kemungkinan untuk memperbaiki hubungan dengan negara lain, termasuk dengan AS.




TERBARU

[X]
×