Reporter: Femi Adi Soempeno |
AUSTRALIA. Indeks kepercayaan perusahaan di Australia kini tergelincir. Penurunan bulan lalu sungguh cepat, seperti yang disurvei oleh National Australia Bank yang menunjukkan angka yang menakjubkan: terpeleset 21 poin menjadi minus 29 di bulan Oktober, dari minus 8,4 di bulan September. Temuan ini justru mendatangkan rasa pesimis ketimbang optimis.
"Berlanjutnya saham yang naik turun, paket-paket finansial, anjloknya harga komoditi, dan pembicaraan tentang global resesi yang terus-menerus pada akhirnya meremukkan rasa optimisme bisnis dan sekarang memunculkan rasa takut yang cukup besar," kata NAB group chief economist, Alan Oster.
Sejumlah perusahaan di Australia mencermati kembali produksi untuk pesanan dalam negeri maupun luar negeri yang menyusut. Alumina menjadi perusahaan terakhir yang mengumumkan pemangkasan produksinya. Rio Tinto dan Fortescue kemarin juga telah mengumumkan pengurangan sekitar 10% dari produksinya lantaran ciutnya permintaan dari China.
Reserve Bank of Australia (RBA) kemarin telah menurunkan prediksi pertumbuhan Australia menjadi 1,5% pada tahun 2008-2009 dari prediksinya semula di bulan Agustus lalu, yaitu 2,25%.
Lucunya, untuk sejumlah pucuk pimpinan perusahaan di Australia, beringsutnya perekonomian ini belum diikuti dengan penciutan pendapatan. Menurut Australian Financial Review, CEO di 300 perusahaan jempolan di Australia rata-rata mengantongi pendapatan AUD $ 2,97 juta hingga Juni 2008, naik tipis tak lebih dari 1% dari AUD $ 2,96 juta. Pada periode yang sama, indeks S&P/ASX 200 terjungkal sebesar 16,9%.
Berita buruk tentang saham Australia kembali berlanjut hari ini, dengan indeks utama jatuh di bawah 4.000 poin setelah kemunduran saham di Wall Street dan upaya penyelamatan China gagal menginspirasi investor.
Indeks S&P/ASX200 ditutup dengan kemerosotan sebesar 3,6% atau 146,9 poin menjadi 3960,9. Sementara itu indeks All Ordinaries juga melandai 3,4%, atau 138,2 poin menjadi 3921,8.
"Berlanjutnya saham yang naik turun, paket-paket finansial, anjloknya harga komoditi, dan pembicaraan tentang global resesi yang terus-menerus pada akhirnya meremukkan rasa optimisme bisnis dan sekarang memunculkan rasa takut yang cukup besar," kata NAB group chief economist, Alan Oster.
Sejumlah perusahaan di Australia mencermati kembali produksi untuk pesanan dalam negeri maupun luar negeri yang menyusut. Alumina menjadi perusahaan terakhir yang mengumumkan pemangkasan produksinya. Rio Tinto dan Fortescue kemarin juga telah mengumumkan pengurangan sekitar 10% dari produksinya lantaran ciutnya permintaan dari China.
Reserve Bank of Australia (RBA) kemarin telah menurunkan prediksi pertumbuhan Australia menjadi 1,5% pada tahun 2008-2009 dari prediksinya semula di bulan Agustus lalu, yaitu 2,25%.
Lucunya, untuk sejumlah pucuk pimpinan perusahaan di Australia, beringsutnya perekonomian ini belum diikuti dengan penciutan pendapatan. Menurut Australian Financial Review, CEO di 300 perusahaan jempolan di Australia rata-rata mengantongi pendapatan AUD $ 2,97 juta hingga Juni 2008, naik tipis tak lebih dari 1% dari AUD $ 2,96 juta. Pada periode yang sama, indeks S&P/ASX 200 terjungkal sebesar 16,9%.
Berita buruk tentang saham Australia kembali berlanjut hari ini, dengan indeks utama jatuh di bawah 4.000 poin setelah kemunduran saham di Wall Street dan upaya penyelamatan China gagal menginspirasi investor.
Indeks S&P/ASX200 ditutup dengan kemerosotan sebesar 3,6% atau 146,9 poin menjadi 3960,9. Sementara itu indeks All Ordinaries juga melandai 3,4%, atau 138,2 poin menjadi 3921,8.
Berita Terkait
Internasional
Mata Uang Negeri Matahari Terbit Menguat Terhadap Ausie
Internasional