Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Saham-saham Asia melemah mengikuti penurunan Wall Street pada perdagangan Rabu (6/8/2025), setelah data ekonomi AS menunjukkan dampak negatif tarif terhadap aktivitas ekonomi dan laba perusahaan.
Sementara itu, dolar AS bergerak terbatas karena tekanan dari imbal hasil obligasi yang lebih rendah.
Baca Juga: Cum Date Rabu (6/8), Selamat Sempurna (SMSM) Tebar Dividen Rp 40 per saham
Data terbaru menunjukkan aktivitas sektor jasa di AS stagnan pada Juli. Selain itu, tingkat ketenagakerjaan melemah dan biaya input melonjak ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir.
Hal ini mencerminkan dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap perekonomian AS.
Laporan laba kuartal II pun mengonfirmasi tekanan dari perang tarif yang dilancarkan Trump.
Yum Brands, induk usaha Taco Bell, meleset dari ekspektasi karena beban tarif yang tinggi menekan daya beli konsumen. Sementara itu, Caterpillar memperingatkan bahwa tarif AS dapat membebani perusahaan hingga US$1,5 miliar sepanjang tahun ini.
"Ini menggambarkan dinamika stagflasi, yang meski belum terjadi secara penuh, meningkatkan risiko kombinasi berbahaya antara pengangguran yang naik dan harga yang meningkat seiring efek tarif menjalar ke perekonomian AS," ujar Kyle Rodda, analis senior di Capital.com.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2%, sementara indeks Nikkei Jepang justru naik tipis 0,2%. Indeks saham unggulan China dan Hang Seng Hong Kong bergerak datar.
Baca Juga: IHSG Naik Tipis 0,25% di Awal Perdagangan Rabu (6/8), Dipicu Saham Komoditas & Energi
Sementara itu, kontrak berjangka Nasdaq melemah 0,3% dan S&P 500 turun 0,1%.
Trump pada Selasa mengatakan bahwa pemerintahannya akan mengumumkan tarif atas produk semikonduktor dan chip dalam sepekan ke depan.
AS juga akan memberlakukan tarif awal yang kecil untuk impor farmasi, sebelum menaikkannya secara signifikan dalam satu hingga dua tahun ke depan.
Trump juga mengklaim AS hampir mencapai kesepakatan dagang dengan China dan berencana bertemu Presiden Xi Jinping sebelum akhir tahun jika perjanjian tercapai.
Namun, ia juga mengancam akan menaikkan tarif lebih lanjut terhadap India terkait pembelian minyak dari Rusia.
Baca Juga: IHSG Siap Lanjutkan Rebound, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini (6/8) dari BNI Sekuritas
Di pasar mata uang, indeks dolar bergerak datar di level 98,821, setelah melemah tajam 1,4% pada Jumat pekan lalu karena laporan pekerjaan AS yang lemah.
Saat ini pasar memperkirakan hampir pasti Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September.
Data dari CME FedWatch menunjukkan probabilitas 94% pemangkasan suku bunga bulan depan, dan setidaknya dua kali pemangkasan sepanjang tahun ini.
Investor juga menunggu pengumuman Trump terkait calon anggota Dewan Gubernur The Fed yang baru.
Trump menyatakan keputusan akan segera dibuat, namun mengesampingkan Menteri Keuangan Scott Bessent sebagai pengganti Jerome Powell, yang masa jabatannya berakhir Mei 2026.
Imbal hasil obligasi AS sempat naik tipis usai lelang obligasi tenor 3 tahun senilai US$58 miliar yang kurang diminati pasar. Namun secara umum, yield masih berada di level rendah multi-bulan.
Pekan ini pasar masih akan dibanjiri pasokan dengan lelang obligasi 10 tahun senilai US$42 miliar pada Rabu dan 30 tahun sebesar US$25 miliar pada Kamis.
Yield obligasi tenor 2 tahun naik 1 basis poin menjadi 3,7284%, setelah naik 3,5 bps sehari sebelumnya. Yield obligasi 10 tahun naik 2 bps ke 4,2198%.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini dari Sinarmas Sekuritas (6/8)
Di pasar komoditas, harga minyak menguat tipis setelah empat sesi berturut-turut mengalami penurunan. Minyak mentah AS naik 0,2% ke US$65,3 per barel, sementara Brent berada di level terendah satu bulan di US$67,78 per barel, naik 0,1%.
Trump juga mengatakan bahwa dirinya akan memutuskan apakah akan memberikan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia setelah bertemu dengan pejabat Rusia pada Rabu.
Harga emas spot tak banyak bergerak di US$3.381 per troi ons.