Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Saham Big Hit Entertainment Co Ltd, agensi manajemen dari grup K-pop Korea Selatan BTS, ambles 22,3% pada perdagangan hari ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/10), saham Big Hit Entertainment ditutup di level 200.500 won. Padahal pada hari sebelumnya, saham Big Hit Entertainment ini berada di 258.000 won.
Koreksi saham Big Hit Entertainment sudah diprediksi para analis, setelah mengalami hype pra-listing. Para analis memandang pelemahan harga saham Big Hit Entertainment masuk akal dan sudah sesuai dengan fundamental perusahaan yang saat ini sangat bergantung pada satu boygroup untuk pendapatannya.
Baca Juga: Penuh Sensasi Saat Ditawarkan, Saham Big Hit Melemah di Hari Pertamanya di Bursa
Asal tahu saja, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BTS menyumbang 97,4% dari pendapatan Big Hit Entertainment pada 2019. Komposisi itu kemudian mengecil menjadi 87,7% pada paruh pertama tahun 2020.
"Ketergantungan Big Hit pada BTS masih mutlak ketika memasukkan non-manajemen, penjualan tidak langsung seperti merchandise, kekayaan intelektual, dan konten," kata analis Hyundai Motor Securities, Kim Hyun-yong seperti dikutip Reuters.
"Perusahaan pun harus melakukan upaya habis-habisan untuk menciptakan sumber pendapatan lain di luar BTS."
Analis pun mengatakan, penilaian Big Hit berdasarkan harga penawaran umum perdana (IPO) 135.000 won per saham sebanding dengan rekan-rekan seperti agensi K-Pop lainnya yang sudah lebih dulu go public yakni SM Entertainment Co Ltd dan JYP Entertainment Corp.
Mereka mengatakan harga, yang sempat jatuh ke level 199.000 won pada hari Jumat, tampaknya akan kembali. Ini terjadi setelah periode spekulasi yang terlalu panas mendorong debut saham Big Hit yang sempat menggandakan harga IPO dan kemudian memicu lonjakan 30% lebih lanjut tak lama setelah itu.
Baca Juga: Komentar leader grup BTS soal Perang Korea menuai kritik fans China
Lonjakan singkat itu menggemakan debut kuat SK Biopharm Pharmaceuticals Co Ltd pada Juli dan Kakao Games Corp bulan lalu, karena investor ritel Korea Selatan yang dikenal sebagai "Ants" memanfaatkan stimulus ekonomi pemerintah yang telah membanjiri pasar dengan uang tunai.